Medan Bisnis, 29 Oktober 2012
Dalam beberapa
minggu kedepan, mata uang Rupiah berpeluang tertekan hebat seiring kian
memburuknya data-data perekonomian eropa. Tren penguatan US Dolar di pasar
global berpotensi membuat kinerja mat uang Garuda merosot. Banyak sentimen yang
membuat US Dollar berpeluang menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia
termasuk Rupiah. Salah satu diantaranya datang dari eropa.
Dimana tingkat
pengangguran di Spanyol memprihatinkan. Dari 4 orang spanyol, satu diantaranya
berstatus pengangguran. Tingkat pengangguran di spanyol mencapai 25%, suatu hal
yang dinilai tidak begitu baik bagi perekonomian suatu negara. Tingginya angka
pengangguran tersebut membat Spanyol berubah pikiran. Spanyol pun meminta dana
talangan kedua (bailout).
Kekhawatiran
tersebut akan memaksa pemerintah spanyol untuk menerbitkan obligasi yang
bunganya jauh lebih tinggi dari obligasi negara lain. Ada sejumlah faktor
resiko yang mengakibatkan bunga obligasi spanyol harus ditebus dengan harga
yang sangat mahal. Mata uang Euro pun merosot terhadap mata uang US Dolar.
Keperkasaan US
Dolar tidak berhenti disitu, spekulasi mengenai kemungkinan Bank Sental Jepang
(BOJ) akan menempuh langkah serupa seperti yang dilakukan Bank Sentral AS (The
FED) turut membuat Yen Jepang melemah terhadap US Dolar. USD/Yen saat ini
diperdagangkan di kisaran 79.60. Pelemahan Yen tentunya akan membuat amunisi
bagi US Dolar untuk terus menguat terhadap sejumlah mata uang dunia lainnya.
Disisi lain,
penguatan US Dolar akan membuat harga komoditas dunia mengalami tekanan. Harga
emas dan minyak dunia diperkirakan akan terus tertekan seiring dengan penguatan
mata uang US Dolar itu sendiri. Harga emas dunia yang saat ini terus merosot
dan mendekati level $1700/Troy Ons menegaskan bahwa penguatan US Dolar juga
berimbas pada kinerja harga emas dunia.
Sebelumnya emas
sempat diprediksikan mengalami penguatan bila Spanyol benar-benar akan menerima
dana talangan. Sulitnya proses untuk menerima dana talangan tersebut serta
proses tarik ulur yang berkepanjangan membuat sejumlah harga komoditas
mengalami penurunan. Harga emas tersebut diperkirakan akan bertahan di level
support $1700/Troy Ons, menunggu sinyal dari membaiknya sejumlah indikator
proses pemulihan di Eropa agar mampu berbalik naik.
Harga minyak
dunia (light sweet) berada dikisaran $86/barel. Harga minyak dunia juga terus
mengalami penurunan sejak sempat diperdagangkan naik di kisaran $120/barel awal
tahun ini. Faktor musiman sangat mempengaruhi harga minyak dunia. Menjelang
akhir tahun tren kebutuhan akan minyak dunia diperkirakan akan naik seiring
dengan musim dingin yang melanda sejumlah negara di belahan Eropa dan Amerika.
Dampak penguatan
mata uang US Dolar juga berpengaruh terhadap kinerja harga minyak dunia. Meski
demikian penguatan US Dolar diyakini hanya berdampak sedikit terhadap perubahan
harga minyak dunia.
Bagi Indonesia,
penguatan US Dolar akan membuat mata uang rupiah serta sejumlah harga barang
lainnya akan berubah seiring dengan tren penguatan US Dolar di pasar dunia. Tekanan
terhadap Rupiah masih akan terjadi seiring dengan tingginya ketidakpastian yang
terjadi di Eropa maupun sejumlah indikator lain seperti melemahnya kinerja
ekonomi di Asia.
Sejauh ini
Rupiah diperdagangkan di atas kisaran level 9600/US Dolar. Lebih tepatnya
Rupiah sempat diperdagangkan dikisaran 9635/US Dolar. Bila mencermati hara
US$/Rupiah dipasar uang, sejumlah Bank menetapkan selisih harga Bid/Offer nya
dalam rentang yang sangat lebar. Seperti bila kita ingin menjual 1 Dolar nilai
tukarnya ada di kisaran 9550-an, namun bila kita ingin membeli US Dolar maka
kisaran harga yang ditawarkan 9620-an.
Sebuah selisih
harga yang tidak bersahabat (biasanya 5 atau 10 poin selisihnya). Baik
eksportir dan importir sama-sama memiliki posisi yang tidak mengenakkan dalam
bertransaksi guna memenuhi kebutuhan ekspor-impornya. Harga US Dolar–rupiah
seperti ini kerap terjadi bila Rupiah bergerak dalam volatilitas yang tinggi
serta memiliki kecenderungan yang melemah. Bank Indonesia menjadi benteng
terakhir guna menghadapi tren pelemahan Rupiah saat ini.
Disatu sisi para eksportir dan importir menginginkan kepastian nilai tukar yang stabil. Padahal kepastian yang mereka hadapi justru ketidakpastian itu sendiri. Sementara itu Bank Indonesia diyakini sulit untuk mengupayakannya, karena ruang gerak BI kian sempit bila US Dolar terus membentuk tren penguatan. Penulis hanya meyakini bahwa akan ada satu pihak (sisi) yang akan dirugikan. Mudah2an semua bisa menerima.
No comments:
Post a Comment