Tuesday, December 04, 2012

Mewaspadai Undisbursed Loan SUMUT Sebesar 70.19%


Medan Bisnis, 8 Oktober 2012

Benarkah perekonomian SUMUT tengah berkontraksi?, jawabannya akan kita bahas dalam tulisan kali ini. Undisbursed Loan adalah kredit yang telah diberikan kepada Bank kepada masing-masing nasabahnya, namun justru tidak terserap semuanya oleh para nasabah Bank tersebut.  Di SUMUT ada 70.19% kredit yang tidak diserap. Ini berarti bahwa tidak semua kredit yang diberikan oleh Perbankan di SUMUT diserap oleh para kreditur.

Perekonomian SUMUT yang kaya akan komoditas seperti sawit, karet maupun kopi memang bergantung dari sisi ekspornya. Sehingga perekonomian SUMUT sangat bergantung dari para importir dari negara lain yang menjadi langganan akan komoditas SUMUT. Sejauh ini sawit, karet menjadi komoditas tujuan ekspor ke sejumlah negara seperti China, India maupun Amerika dan Eropa.

Sayangnya perekonomian di Amerika dan Eropa tengah mengalami krisis yang berkepanjangan. Sehingga permintaan akan komoditass SUMUT juga mengalami penurunan. yang berdampak pada melemahnya kemampuan industri SUMUT dalam melakukan ekspansi kedepannya. Itulah mengapa penyerapan kredit di SUMUT menurun. Penurunan tersebut sangat berkaitan erat dengan melambatnya perekonomian dari negara lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SUMUT saat ini benar-benar tengah mengalami kontraksi. Kondisi dimana perekonomian SUMUT tengah mengecil akibat pengaruh dari minimnya permintaan dari negara tujuan ekspor SUMUT sebelumnya. Rendahnya penyerapan kredit menggambarkan bagaimana rendahnya kemampuan ekonomi SUMUT dalam menghadapi tantangan memburuknya perekonomian dunia.

SUMUT tidak mandiri dalam membangun perkonomiannya. Hal ini bisa berdampak serius pada angka kemiskinan dan pengangguran di SUMUT. Banyak petani di SUMUT yang tentunya akan mengalami kerugian bila kejadian ini terus berlangsung. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh para pengusaha maupun petani kita. Patani dan para pengusaha kita diminta harus terus bersabar hingga kondisi perekonomian dunia benar-benar pulih.

Dan apa yang terjadi dengan Perbankan kita? Tentunya perbankan di SUMUT mengalami kelebihan likuiditas yang harus segera diserap guna mengurangi beban ekonomi yang lebih besar lagi. Kelebihan likuiditas seperti ini berpeluang ‘memaksa’ perbankan di SUMUT untuk menyalurkannya ke sektor-sektor konsumsi.

Menyalurkan kredit dengan cara menawarkan kartu kredit maupun kredit tanpa agunan akan menjadi sebuah persaingan baru industri perbankan kita. Dengan tingginya likuiditas perbankan di SUMUT maka ada potensi Perbankan kita akan menyalurkannya dalam bentuk kredit yang berkualitas rendah dan sangat rawan akan resiko. Kartu kredit dan KTA memiliki peluang gagal bayar yang tinggi. Dan ini perlu diwaspadai.

Bila mengharapkan Bank Indonesia menjadi ‘bumper’, maka BI juga memiliki instrumen yang terbatas dan tidak akan mampu sepenuhnya menyerap kelebihan likuiditas perbankan kita. Kelebihan likuiditas sepenuhnya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Dan SUMUT sepertinya tidak akan mampu menghindar dari aktifitas ekonomi yang kurang bersahabat seperti saat ini.

Ada beberapa hal yang menjadi prioritas utama guna mengantisipasi penyerapan kredit yang rendah ini. Pertama PEMDA dan pemerintah pusat harus bersinergi membangun perekonomiannya dengan segera melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur yang tertuang dalam MP3EI. Pembangunan infrastruktur dapat menjadi alternatif dalam jangka pendek guna meminimalisir dampak negatif dari penyerapan kredit yang rendah seperti saat ini.

Pemerintah dituntut untuk bisa menciptakan iklim investasi yang bersahabat bagi investasi asing guna menggantikan posisi permintaan kredit pengusaha SUMUT yang terus menurun. Hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan namun bisa disegerakan mengingat ada ancaman kian memburuknya perekonomian SUMUT.

Perbankan di SUMUT juga jangan terjebak dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang tidak berkualitas dan tinggi resikonya. Karena hal tersebut akan memperburuk perekonomian di SUMUT. Sektor konsumsi yang menjadi basis andalan perekonomian Indonesia akan meminimalisir munculnya dampak negatif perekonomian di SUMUT. Kita harapkan undisbursed loan yang terjadi saat ini bukanlah pertanda yang mutlak terhadap gejala krisis ekonomi yang baru. Namun kita juga harus waspada akan kondisi yang memprihatinkan ini. 

No comments: