Medan Bisnis, 8 Oktober 2012
Benarkah
perekonomian SUMUT tengah berkontraksi?, jawabannya akan kita bahas dalam
tulisan kali ini. Undisbursed Loan
adalah kredit yang telah diberikan kepada Bank kepada masing-masing nasabahnya,
namun justru tidak terserap semuanya oleh para nasabah Bank tersebut. Di SUMUT ada 70.19% kredit yang tidak
diserap. Ini berarti bahwa tidak semua kredit yang diberikan oleh Perbankan di
SUMUT diserap oleh para kreditur.
Perekonomian
SUMUT yang kaya akan komoditas seperti sawit, karet maupun kopi memang
bergantung dari sisi ekspornya. Sehingga perekonomian SUMUT sangat bergantung
dari para importir dari negara lain yang menjadi langganan akan komoditas
SUMUT. Sejauh ini sawit, karet menjadi komoditas tujuan ekspor ke sejumlah
negara seperti China, India maupun Amerika dan Eropa.
Sayangnya
perekonomian di Amerika dan Eropa tengah mengalami krisis yang berkepanjangan.
Sehingga permintaan akan komoditass SUMUT juga mengalami penurunan. yang
berdampak pada melemahnya kemampuan industri SUMUT dalam melakukan ekspansi
kedepannya. Itulah mengapa penyerapan kredit di SUMUT menurun. Penurunan
tersebut sangat berkaitan erat dengan melambatnya perekonomian dari negara
lain.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa SUMUT saat ini benar-benar tengah mengalami kontraksi.
Kondisi dimana perekonomian SUMUT tengah mengecil akibat pengaruh dari minimnya
permintaan dari negara tujuan ekspor SUMUT sebelumnya. Rendahnya penyerapan
kredit menggambarkan bagaimana rendahnya kemampuan ekonomi SUMUT dalam
menghadapi tantangan memburuknya perekonomian dunia.
SUMUT tidak
mandiri dalam membangun perkonomiannya. Hal ini bisa berdampak serius pada
angka kemiskinan dan pengangguran di SUMUT. Banyak petani di SUMUT yang
tentunya akan mengalami kerugian bila kejadian ini terus berlangsung. Tidak banyak
yang bisa dilakukan oleh para pengusaha maupun petani kita. Patani dan para
pengusaha kita diminta harus terus bersabar hingga kondisi perekonomian dunia
benar-benar pulih.
Dan apa yang
terjadi dengan Perbankan kita? Tentunya perbankan di SUMUT mengalami kelebihan
likuiditas yang harus segera diserap guna mengurangi beban ekonomi yang lebih
besar lagi. Kelebihan likuiditas seperti ini berpeluang ‘memaksa’ perbankan di
SUMUT untuk menyalurkannya ke sektor-sektor konsumsi.
Menyalurkan
kredit dengan cara menawarkan kartu kredit maupun kredit tanpa agunan akan
menjadi sebuah persaingan baru industri perbankan kita. Dengan tingginya
likuiditas perbankan di SUMUT maka ada potensi Perbankan kita akan
menyalurkannya dalam bentuk kredit yang berkualitas rendah dan sangat rawan
akan resiko. Kartu kredit dan KTA memiliki peluang gagal bayar yang tinggi. Dan
ini perlu diwaspadai.
Bila
mengharapkan Bank Indonesia menjadi ‘bumper’, maka BI juga memiliki instrumen
yang terbatas dan tidak akan mampu sepenuhnya menyerap kelebihan likuiditas
perbankan kita. Kelebihan likuiditas sepenuhnya tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut. Dan SUMUT sepertinya tidak akan mampu menghindar dari aktifitas
ekonomi yang kurang bersahabat seperti saat ini.
Ada beberapa hal
yang menjadi prioritas utama guna mengantisipasi penyerapan kredit yang rendah
ini. Pertama PEMDA dan pemerintah pusat harus bersinergi membangun
perekonomiannya dengan segera melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur
yang tertuang dalam MP3EI. Pembangunan infrastruktur dapat menjadi alternatif
dalam jangka pendek guna meminimalisir dampak negatif dari penyerapan kredit
yang rendah seperti saat ini.
Pemerintah
dituntut untuk bisa menciptakan iklim investasi yang bersahabat bagi investasi
asing guna menggantikan posisi permintaan kredit pengusaha SUMUT yang terus
menurun. Hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan namun bisa
disegerakan mengingat ada ancaman kian memburuknya perekonomian SUMUT.
Perbankan di SUMUT juga jangan terjebak dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang tidak berkualitas dan tinggi resikonya. Karena hal tersebut akan memperburuk perekonomian di SUMUT. Sektor konsumsi yang menjadi basis andalan perekonomian Indonesia akan meminimalisir munculnya dampak negatif perekonomian di SUMUT. Kita harapkan undisbursed loan yang terjadi saat ini bukanlah pertanda yang mutlak terhadap gejala krisis ekonomi yang baru. Namun kita juga harus waspada akan kondisi yang memprihatinkan ini.
No comments:
Post a Comment