Tuesday, December 04, 2012

Mengendalikan Inflasi Yang Liar

Medan Bisnis, 23 Juli 2012 Sudah tak terelakan lagi, dihampir setiap perayaan keagamaan harga barang-barang kebutuhan pokok selalu merangkak naik. Kenaikan Sembako saat ini bagaikan sebuah ironi masyarakat yang seharusnya justru tidak terjadi khususnya di saat menjelang bulan Ramadhan. Di saat seharusnya kita mengendalikan hawa nafsu, semestinya konsumsi lebih dapat dikendalikan. Namun apa daya konsumsi yang tinggi selama bulan Ramadhan bagaikan sebuah Ideologi yang sulit untuk dihilangkan dari pola pemikiran masyarakat kita. Pemerintah dan masyarakatpun saling menyalahkan. Pedagang besar dijadikan kambing hitam akan mahalnya harga kebutuhan pokok saat ini. Padahal sederhananya adalah bila jumlah pasokan tetap atau turun namun permintaan barang naik, maka harga barang akan bergerak naik, dan sebaliknya. Paradigma itu sebenarnya merupakan teori yang umum yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, yang menjadi esensi masalah dari melambungnya harga barang saat ini adalah masalah kebutuhan yang tinggi disaat ramdhan datang. Pola konsumsi yang berubah tersebut dari hari biasanya dengan mudah dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang untuk menaikan harga. Inilah anomali yang seharusnya kita pahami dan sudah tidak semestinya terjadi secara terus-menerus dan berlangsung sudah sekian lama. Bila di Amerika Serikat, permasalahan Inflasi selalu bisa dikendalikan dengan pengendalian moneter. Di Indonesia pengendalian Inflasi tidak terlepas dari semua elemen yang membentuk kenaikan harga itu sendiri. Dan penanganannya menjadi kepentingan banyak pihak yang ikut dilibatkan. Untuk mengatasi Inflasi yang terjadi karena permintaan tinggi di saat hari-hari khusus bila dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Berkoordinasi dengan sejumlah pedagang besar yang menjadi pemasok barang di dalam suatu wilayah. Pemerintah seharusnya mampu mengidentifikasi jumlah pasokan serta kebutuhan masyarakat kita dalam suatu periode tertentu. Dan bila ternyata kebutuhan jauh lebih besar dari persediaan, pemerintah dapat melakukan antisipasi segera dengan membeli barang kebutuhan tersebut baik membeli ke daerah lain atau membuka kran Impor. Selanjutnya barang tersebut digunakan untuk operasi pasar. Namum bila kebutuhan tersebut sangat berkaitan dengan komoditas ekspor yang harganya lebih mahal dari harga di dalam negeri. Maka kebijakan fiskal berupa pengendalian pajak atau bea keluar menjadi pilihannya. Memberikan pengawasan serta aturan yang ketat terhadap peredaran barang tersebut serta memberikan perhatian serius terhadap sejumlah pedagang besar. Bentuk teguran atau sanksi terhadap pedagang nakal yang terbukti menimbun menjadi pilihan guna menstabilkan harga dalam jangka pendek. Berkoordinasi dengan sejumlah korporasi seperti BUMN untuk melakukan kegiatan oprasi pasar guna membantu masyarakat yang kesulitan seiring dengan tingginya harga barang. Sejumlah korporasi tersebut dapat melakukan kegiatan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) di saat harga barang merangkak naik. Peningkatan peran korporasi dalam CSR merupakan salah satu bentuk kepedulian korporasi terhadap masyarakat. Edukasi ke masyarakat akan pentingnya esensi nilai dari hari-hari penting tersebut bila dibandingkan dengan sekedar perayaannya. Himbauan bahwa pentingnya ibadah itu terletak dari niat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Ibadah seharusnya terlepas dari bentuk selebrasi atau perayaan yang semestinya tidak perlu dilakukan. Karena selebrasi tersebut sangat identik dengan konsumsi yang memicu kenaikan harga yang nantinya akan menyulitkan kita sendiri. Untuk mengantisipasi laju inflasi dalam jangka panjang adalah dengan memperbaiki infrastruktur. Infrastruktur yang buruk selalu menjadi biang keladi terhadap tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam lalu lintas barang. Sealin infrastruktur, pemerintah daerah harus mampu membentuk kelompok masyarakat petani yang akan memasok kebutuhan sembako di daerahnya masing-masing. Dengan pendekatan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk itu sendiri maka seharusnya kebutuhan sembako dapat dipenuhi dengan menyesuaikan jumlah petani yang ada di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini suatu daerah seharusnya menjadi daerah yang mandiri dalam kedaulatan pangan. Bila daerah tersebut merupakan perkotaan maka infrastruktur yang baik menjadi sangat vital. Karena daerah tersebut umumnya bergantung dari daerah lain yang surplus kebutuhan pokok. Dan yang tak kalah penting adalah edukasi dini kemasyarakat tentang pentingnya berperilaku konsumtif yang rasional. Pendekatan seperti ini seharusnya dilakukan sejak kita duduk dibangsuk sekolah dasar.

No comments: