Tuesday, December 04, 2012

Mahalnya Kedelai Bukti Kita Semakin Sejahtera

Medan Bisnis, 30 juli 2012 Di minggu awal bulan Ramadhan ini, selain kenaikan harga bahan pokok yang telah membuat laju inflasi meningkat. Saat ini kita tengah dihadapkan oleh kenaikan harga kedelai yang berujung pada mogoknya sejumlah industri pengolahan tahu dan tempe. Kalaupun ada porduk olahan kedelai dipasaran, maka bisa dipastikan harganya meningkat atau bilapun harganya sama besar kemungkinan kuantitasnya lebih kecil dari biasanya. Sebuah ironi, disaat semua orang setuju bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam, masalah permintaan kedelai yang ternyata tidak mampu memenuhi permintaan masyarakatnya menjadi pertanyaan besar. Kemana kedelai yang dihasilkan oleh petani. Dan mengapa justru kita mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. Disini membuktikan bahwa kita belum mampu menjadi Negara swasembada kedelai yang mampu memenuhi kebutuhan kedelai sekitar 2 juta ton setiap tahunnya. Banyak komentar yang terus bermunculan, banyak yang sependapat bahwa Negara kita kurang peduli dengan para petani kedelai, infrastruktur maupun masalah lain seperti tata niaga kedelai yang dinilai hanya menguntungkan para tengkulak atau makelar. Terlepas dari itu semua, permasalahan harga kedelai yang naik dari harga Rp.5.500,- per Kg menjadi sekitar Rp.8.000 per Kg merupakan bukti akan membaiknya kondisi perekonomian masyarakat kita. Kita tentunya sangat gembira mendengar bahwa ekonomi Indonesia tetap tumbuh meskipun Negara maju tengah dilanda krisis yang belum berkesudahan. Bila kita belajar ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi itu identik dengan membaiknya daya beli masyarakat. Kesehatan, konsumsi maupun pendidikan turut menjadi tolak ukur suatu Negara apakah dinilai dalam tahapan kemajuan atau justru sebaliknya. Indonesia yang PDB nya masih membukukan angkan pertumbuhan 6% lebih membuktikan bahwa ada perbaikan dalam pola maupun gaya hidup masyarakat kita. Yang pasti perubahan tersebut tentunya ke arah yang lebih baik dimana masyarakat kita memiliki perubahan daya beli yang lebih mumpuni. Konsekuensinya adalah pola konsumsi pun meningkat termasuk konsumsi produk olahan kacang kedelai. Tempe, Tahu merupakan produk olahan yang sering kita temui di masyarakat kita. Produk olahan kedelai tersebut rasanya enak, terjangkau, merakyat dan begitu banyak manfaatnya. Sehingga kenaikan kacang kedelai jelas membuat banyak pihak yang terlibat didalamnya merasa dirugikan. Padahal bila dilihat lebih dalam lagi kenaikan harga kedelai seharusnya menjadi suatu hal yang wajar. Mengapa?, pertama daya beli masyarakat kita yang terus membaik. Membaiknya daya beli masyarakat selalu berbanding lurus dengan pola konsumsinya yang juga meningkat. Yang bisa dipastikan bahwa terjadi kenaikan pola konsumsi terhadap sejumlah makanan olahan kacang kedelai tentunya. Bila permintaan naik namun persediaannya tetap atau stabil maka bisa dipastikan harganya naik. Bukankah dengan membaiknya daya beli masyarakat kita yang tinggi maka sudah sepantasnya kacang kedelai mengalami kenaikan harga. Seperti kenaikan harga kebutuhan lainnya yang saban tahun mengalami kenaikan namun tidak seheboh yang dibicarakan. Pertumbuhan ekonomi selalu diikuti oleh laju inflasi yang tinggi. China, India maupun Indonesia merupakan contoh nyata dimana pertumbuhan ekonminya yang fantastis tetap dibarengi dengan tingginya laju inflasi. Sehingga tingkat keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi itu sendiri akan mencapai titik keseimbangan dengan tingginya laju inflasi. Kalau inflasi tidak mengurangi laju pertumbuhan ekonomi, bisa dipastikan Negara tersebut menuju kemakmuran yang pesat. Untuk permasalahan kedelai kita mengilustrasikannya dengan harga kedelai tetap stabil meskipun terjadi permintaan kenaikan kedelai. Bisa saja terjadi bila hanya persediaan kedelai selalu mampu mengimbangi kebutuhan kedelai itu sendiri. Mungkinkah?, sangat jauh dari kemungkinan, karena jumlah petani, jumlah lahan harus bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan harus menyesuaikan dengan pertumbuhan penduduk. Yang terjadi adalah lahan pertanian semakin menyempit, dan ekonomi suatu Negara pun lebih cenderung ke arah industrialisasi. Konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan harga barang itu sendiri. Bila kita tidak mengharapkan adanya kenaikan harga barang, maka tidak sepantasnya kita mengharapkan sebuah kemakmuran. Namun, semestinya kita mampu menciptakan sebuah kenaikan harga barang yang wajar dengan memperbaiki sejumlah permasalahan yang menyebabkan ekonomi berbiaya tinggi di negeri ini

No comments: