Wednesday, February 01, 2012

Jika Yunani Default

Medan Bisnis, 27 Juni 2011
Perbankan di Yunani memiliki sebaran hutang luar negeri yang terancam gagal bayar atau default. Negara-negara eropa menjadi pembeli surat utang Yunani paling besar. Bank di Jerman menjadi pemegang obligasi/surat utang Yunani terbesar, yaitu senilai $26,3 miliar, selanjutnya perbankan di Perancis sebesar $19,8 miliar, Inggris senilai $3,2 miliar, Italia senilai $2,6 miliar, Spanyol memegang sekitar $600 juta dan sebesar $15,7 Miliar dipegang oleh Negara zona eropa lainnya. Perbankan di Amerika juga memiliki obligasi Yunani sebesar $1,8 miliar, Jepang punya sekitar $500 juta.

Krisis yang melanda Yunani berpeluang memicu terjadinya rush atau penarikan uang secara besar-besaran terhadap perbankan di Yunani. Dan tentunya hal tersebut akan menjadi sejarah buruk bagi perbankan Yunani sehinngga penting bagi Yunani untuk merumuskan kebijakan penyelamatan perbankan bila Yunani benar-benar default.

Seperti halnya dengan Indonesia di tahun 1997-1998 silam. Penurunan nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar telah membuat pemerintah harus menyelamatkan dunia perbankan dengan subsidi rekapitalisasi. Di yunani, besar kemungkinan pemerintahnya akan melakukan nasionalisasi terhadap sejumlah perbankan di Yunani.

Dampak langsung yang akan diterima Negara eropa lainnya akibat krisis di Yunani adalah Bulgaria dan Romania. Kedua Negara tersebut merupakan Negara dengan mendapatkan sumber pembiayaan dari Yunani sekitar 25% hingga 45%. Dan pembiayaan tersebut benar-benar terhenti bila pemerintah Yunani bangkrut.

Ketakutan tersebut akan menyebar ke perbankan lainnya. Perbankan akan semakin sulit menyalurkan kredit akibat ketakutan akan imbas dari krisis yang bisa saja menyebar dengan cepat. Sehingga perbankan akan kesulitan untuk mencari sumber pembiayaan baru dan terpaksa melakukan penjualan asset.

Bila dilihat dari kemauan politik, maka Negara dengan ekonomi kuat seperti Jerman memiliki kekuatan serta kemampuan dalam menyelesaikan krisis di Yunani. Namun banyak analis di jerman yang menyatakan ketidakpercayaan terhadap Yunani mampu memenuhi kewajibannya. Meskipun kanselir Jerman Angela Merkel memiliki pandangan yang berbeda. Angela percaya bahwa Yunani dapat diselamatkan. Hal ini tentunya akan berdampak buruk bagi karir angela itu sendiri. Kepercayaannya dalam menyelamatkan Yunani akan ditentang oleh banyak kalangan dan secara politis mengancam pemerintahan Angela.

Nah, kemauan perdana menteri china Wen Jiabao yang mempertimbangkan akan membeli obligasi Hungaria guna memerangi krisis yang terjadi di eropa, merupakan langkah positif dalam penyelesaian krisis. Walaupun besaran angkanya belum diketahui. Meski demikian, kemauan China tersebut akan lebih baik jika terfokus pada penyelesaian krisis di Eropa secara keseluruhan dan bukan hanya terfokus pada pegembangan hubungan ekonomi terhadap beberapa Negara eropa saja.

Secara politis ini akan meningkatkan peran China di dunia internasional. Selain itu tingkat kepercayaan konsumer masyarakat di AS juga belum sepenuhnya pulih. Dampak yang lebih luas bila perekonomian di Eropa menyusut adalah munculnya proteksionisme di Negara masing-masing. Seperti yang pernah terjadi di AS dengan slogan “Buy American”.

Dan bila itu terjadi, maka ekonomi China juga akan mengalami gangguan. Proteksionisme tersebut akan membuat permintaan barang-barang dari China mengecil dan tentunya ekspor China akan mengalami penyusutan. China tidak akan lagi memerangi laju inflasi serta mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengecil. Untuk itu peran China sangat dibutuhkan saat ini, terlebih bila Yunani benar-benar default.

No comments: