Saturday, January 23, 2010

Aksi Korporasi dan Krisis Timur Tengah

Medan Bisnis, 30 November 2009
Lagi, pasar modal kita dibayangi oleh sentimen negatif. Sentimen yang muncul salah satunya dari aksi korporasi emiten grup bakrie kembali menggiring IHSG terkoreksi tajam. Aksi yang dimaksud dilakukan oleh emiten PT. Energi Mega Pesada, Tbk (ENRG) dan PT. Darma Henwa, Tbk (DEWA). Kedua emiten tersebut sama-sama menerbitkan right issue (menerbitkan saham baru) dengan harga yang jauh lebih kecil dari harga pasar saham tersebut.

Harga saham ENRG misalnya, yang semula bertengger dikisaran Rp. 270 hingga Rp. 300 per lembar saham harus turun dikisaran Rp. 210 hingga Rp. 230 Per Lembar saham. Hal tersebut dikarenakan oleh penerbitan right issue saham ENRG di harga Rp. 185 per lembar. Hal serupa juga terjadi pada saham DEWA. Dimana sempat bertengger dikisaran Rp. 180 hingga Rp. 200 per lembar, harus turun diharga Rp. 150 per lembar seiring dengan rencana right issue dari emiten tersebut-DEWA di harga Rp. 100 per lembar.

Mengapa penerbitan saham baru (right issue) tersebut membuat harga turun?. Tak lain adalah karena harga nominal dari right tersebut yang lebih kecil dari harga pasar. Selain itu, keengganan investor untuk menyetor sejumlah dana guna menebus right sehingga menimbulkan aksi jual besar-besaran.

Selain aksi korporasi tersebut, pelemahan IHSG juga dipicu oleh melemahnya sejumlah indeks bursa di asia. Dimana kekhawatiran muncul dari Emirat Dubai, yang memiliki beban hutang sebesar $60 Milyar yang dimiliki oleh Dubai World milik pemerintahan setempat.

Penjadwalan hutang tersebut telah menyeret sejumlah indeks bursa asia melemah. Banyak kalangan yang menyebutnya sebagai krisis timur tengah. Dubai yang memiliki proyek besar dibidang property seperti proyek Dubai Burj, Palm Jumeirah. Meminta agar hutangnya dinyatakan standstill, dimana kewajibannya tidak dijalankan minimal selama enam bulan atau hingga Mei 2010.

Penjadwalan tersebut langsung berdampak signifikan bagi bursa di Inggris. Kenapa? Karena Ingris menjadi kreditur terbesar untuk mega proyek yang dijalankan di Dubai. Saham-saham perbankan akan menjadi sasaran dan berpotensi untuk terkoreksi dalam. Hal ini setidaknya akan membuat IHSG terkoreksi hingga beberapa hari kedepan.

Pasar akan diwarnai aksi jual secara besar-besaran. Panic selling hingga perdagangan akhir minggu kemarin masih mewarnai lantai bursa kita. Muncul sebuah pertanyaan, hingga kapan kondisi ini akan berlangsung?. Kalau menurut hemat penulis hingga pemerintah dubai benar-benar serius dalam menyelesaikan permasalahan hutang itu sendiri.

Sehingga dibutuhkan sejumlah langkah konkret serta komitmen pemerintah dubai itu sendiri. Apabila nantinya ada pernyataan yang mampu meyakinkan pasar. Maka, besar kemungkinan adanya tren pembalikan arah.

Pernyataan yang dimaksud adalah merupakan sebuah keyakinan pasar, bagaimana krisis di Timur Tengah diselesaikan, dengan harapan bahwa krisis tersebut tidak berlangsung lama. Sejauh ini, krisis Dubai masih menjadi berita hangat dan akan terus membayangi bursa. Sekaligus menjadi pilihan berita yang tidak baik setidaknya selama sepekan ini.

No comments: