Friday, January 22, 2010

Penurunan BBM, Disengaja atau Memang Saatnya Turun?

Medan Bisnis, 22 Desember 2008
Sebelumnya penulis mengucapkan selamat karena harga BBM kemnbali diturunkan dari sebelumnya Rp.6000 (premium) sudah menjadi Rp.5000 saat ini. Ada penurunan sekitar 16% sejak BBM dinaikan bulan Mei lalu. Penurunan juga terjadi pada BBM jenis solar. Muncul banyak argumen yang bertentangan dengan penurunan BBM tersebut.

Bagi yang menjadi lawan politik SBY dan partainya, tentu akan menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan lawan politiknya. Dengan mengatakan bahwa penurunan BBM disengaja karena menjelang Pemilu. Karena penurunan BBM akan menjadi senjata ampuh untuk mengalahkan lawan politik SBY dan meningkatkan pamor SBY. Sehingga penurunan BBM sepertinya syarat dengan muatan politik.

Benarkah demikian?, Siapa yang tahu. Namun, kita bisa melihat fakta-fakta sebenarnya yang terjadi di lapangan. Pada saat harga BBM Rp.6000/liter, harga minyak mentah dunia sempat berada di level $147/barel. Dengan alasan bahwa defisit APBN kian membengkak, maka harga BBM pun dinaikan. Waktu terus berjalan, krisis yang diawali di Amerika memberikan berkah tersendiri bagi penurunan harga minyak dunia.

Negara konsumsi minyak terbesar ini terus mengurangi konsumsinya yang juga membuat negara lain seperti China juga melakukan hal yang sama. Alhasil, minyak mentah dunia terjun bebas. Harga minyak mentah dunia kehilangan lebih dari $100/barel, karena saat ini harganya tinggal di kisaran level $40/barel. Indonesia yang bukan lagi negara pengekspor minyak dan keluar dari keanggotaan OPEC (Organization of Petrolium Exporting Countries), tentunya sangat diuntungkan dengan penurunan harga minyak mentah dunia tersebut.

Dari sisi anggaran, DPR juga menyetujui apabila BBM diturunkan kembali ke harga Rp.4500 (premium) dan Rp.4300 (solar). Dengan asumsi bahwa nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar mampu dipertahankan maksimal di harga Rp.11.000/$ sedangkan harga minyak tetap bertahan di level $40/barel. Berdasarkan hitung-hitungan, beban subsidi minyak di APBN hanya sebesar Rp. 5 triliun untuk harga BBM Rp.5000.

Nah, kalau diturunkan kembali menjadi Rp.4500 tentunya beban subsidi BBM di APBN meningkat sebesar Rp. 26 Triliun. Beban subsidi tersebut masih jauh lebih kecil dari yang dianggarkan pemerintah yang mencapai Rp. 57 Triliun untuk APBN tahun 2009. Sehingga, pemerintah juga tidak perlu repot-repot lagi memikirkan bagaimana menambal defisit APBN yang diperkirakan membengkak sebesar 2%.

Pemerintah menyatakan pada bulan januari mendatang, harga BBM bisa kembali turun. Bagaimana menyikapinya?. Ada beberapa hal yang menjadi hambatan untuk menurunkan harga BBM kembali ke level sebelum dinaikkan. Pertama, OPEC yang akan mengurangi produksi minyaknya secara signifikan akan memberikan dorongan terhadap harga minyak untuk naik kembali. Karena, akan terjadi penurunan dari sisi supply nya.

Kedua, Indonesia akan melakukan hajatan besar yakni pemilihan umum yang akan menelan biaya Rp. 9 triliun. Ketiga, program bantuan langsung tunai yang menghabiskan anggaran lebih dari Rp. 6 trilliun. Kondisi ini akan sangat membebani APBN tahun 2009. Sehingga keinginan pemerintah untuk kembali menurunkan harga BBM sangat bergantung pada fluktuasi harga minyak dunia serta nilai tukar Rupiah. Dimana tentunya diharapkan untuk terus menunjukan tren penurunan (minyak dunia) dan tren penguatan untuk nilai tukar Rupiah.

Nah kembali ke tema awal. Apakah benar penurunan BBM ini merupakan faktor kesengajaan?. Tentunya ya, karena pemerintah tentunya dengan secara sadar mengeluarkan kebijakan penurunan BBM. Dan memang saatnya sudah untuk turun mengingat kondisi harga minyak global yang terus mengalami penurunan.

Apabila dikaitkan dengan pemilu. Mungkin ini bagaikan durian runtuh yang kebetulan saja SBY yang mendapatkannya. Sehingga benar-benar dimanfaatkan baik untuk dirinya sendiri dan orang yang berada disekitarnya (Indonesia). Nah kalau nanti pemerintah dinilai berhasil dalam menjalankan roda perekonomian, tentunya bergantung dari sudut pandang setiap orang.

Akan tetapi, apabila dilihat dari penurunan harga minyak, tentunya akan banyak yang mengatakan ya!. Nah kalau nanti partainya SBY mengumpulkan suara banyak, mungkin ya, dan mungkin juga SBY kembali terpilih pada pemilihan mendatang. Karena masyarakat pemilih saat ini sudah semakin pintar. Momen seperti ini akan menjadi penilaian tersendiri, meskipun belum ada yang tahu, apakah harga BBM akan naik kembali.

No comments: