Friday, January 22, 2010

IHSG Dan Rupiah Ke Teritori Positif

Medan Bisnis, 23 Maret 2009
Bursa Saham di AS kembali tertekan pada penutupan perdagangan akhir minggu ini, sektor perbankan memberikan tekanan paling besar setelah The Fed - Bank Sentral AS melakukan injeksi dana ke sistem keuangan mereka sehari sebelumnya. Sektor keuangan terus terjatuh ke teritori negatif, dan melanjutkan tren penurunan serta memasuki hari kedua terkoreksinya harga saham di sektor tersebut.

Investor berpendapat, meskipun pemerintah AS mengeluarkan sekitar 2.5% dari $200 milyar melalui program revitalisasi perbankan, TALF -Terms Asset Backed Security Loan, belum mampu menjadi penolong karena justru pernah gagal sebelumnya. Saham yang paling besar terkoreksi di bursa Dow Jones adalah Chevron. Saham tersebut turun sebesar 3.6 percent setelah harga minyak mentah dunia juga terkoreksi.

Sementara itu, perusahaan penerbit kartu kredit AS bernama American Express juga terkoreksi 6.2 percent. Kredit macet di kartu kredit AS merupakan kekhawatiran kedua setelah kredit macet di sektor perumahan AS. Dikhawatirkan akan terjadi potensi kerugian penerbit kartu kredit tersebut, sehingga devidennya kemungkinan juga akan terpangkas.

Indeks Dow Jones jatuh 122.42 points, atau 1.65 percent, ke level 7,278.38. Indeks Standard & Poor's 500 jatuh 15.50 points, atau 1.98 percent, ke level 768.54. Indeks Nasdaq jatuh 26.21 points, atau 1.77 percent, ke level 1,457.27

Ditengah ketidakpastian pergerakan Indeks bursa global, IHSG justru kembali mencatatkan kenaikan pada perdagangan akhir minggu kemarin. Sentimen positif masih dipengaruhi oleh kebijakan Bank sentral AS yang menggelontorkan stimulus sebesar $1 Trilyun serta mempertahankan kebijakan suku bunga rendah.

Sejak hari Rabu minggu kemarin, IHSG terus menunjukan tren penguatan kendati pergerakan pasar saham global bergerak sangat bervariasi. Korelasi penguatan IHSG juga diiringi dengan penguatan nilai tukar Rupiah. Rupiah menutup akhir pekan ini dengan penguatan yang cukup besar. Tren melemahnya dolar AS karena pasokan valas di pasar yang mulai normal menjadi kesempatan rupiah untuk terus bergerak ke teritori positif.

Pada penutupan perdagangan valas jumat kemarin, rupiah menguat 60 poin (0,5%) ke posisi 11.725 per dolar AS. Dalam perdagangan sehari tersebut Rupiah bahkan sempat menguat ke level 11.650 per dolar AS. Dan lagi-lagi Bank Indonesia optimistis rupiah berpotensi bisa menguat lagi karena pasokan pasar saat ini dibanjiri dengan Dolar AS.

Selain nilai tukar Rupiah yang menguat, mata uang regional juga kebanyakan menguat terhadap dolar AS seperti dolar Singapura menguat 0,29%, bath Thailand menguat 0,2%, dolar Taiwan menguat 0,44%. Namun, beberapa mata uang lainnya masih melemah terhadap US Dolar seperti Won Korea yang melemah1,46% dan Yen Jepang yang juga melemah 0,07%


Sejauh ini, pasar masih dibanjiri oleh sentiment positif yang dimulai dengan digelontorkannnya sejumlah uang untuk membantu memperbaiki perekonomian AS oleh Bank Sentral AS. Namun, langkah-langkah tersebut bukanlah jaminan bahwa pasar keuangan akan kembali membaik di tahun ini.

Pemerintah AS boleh-boleh saja melakukan langkah tersebut. Namun, waktu juga yang akan menentukan apakah langkah pemerintah AS tersebut akan menuai keberhasilan atau justru membuat kondisi semakin terpuruk. Ditengah ketidakpastian seperti ini, banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Penguatan Indeks dan Nilai tukar rupiah pada perdagangan minggu kemarin memang perlu diapresiasi. Namun, sentimen yang belum pasti menujukan arah pergerakan kedepan, membuat nilai tukar Rupiah dan Indeks Bursa Saham masih sangat rentan dan mudah untuk kembali terkoreksi.

No comments: