Friday, January 22, 2010

Saatnya Masuk Ke Bursa

Medan Bisnis, 01 Desember 2008
Harga-harga saham yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia saat ini berada pada posisi layak beli setelah sebelumnya turun drastis (oversold) akibat krisis global. Fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup baik memberikan harapan akan membaiknya harga saham emiten domestik.

Namun menurut pantauan yang dilakukan di pasar, investor domestik memiliki kecenderungan untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh investor asing. Sehingga momentum dalam mengambil kebijakan selalu tertinggal sehingga terkadang merugikan investor dalam negeri. Ketidakpercayaan investor domestik perlu ditumbuhkan dengan cara sosialisasi yang tepat serta transparansi dari pemerintah.

Secara teknikal, harga saham berbasis sumber daya alam lebih menjanjikan pada saat ini, meskipun tetap berpotensi terkoreksi. Meski demikian, investor seharusnya tidak perlu takut, khususnya bagi investor yang menanamkan investasinya dalam jangka panjang. Banyak analis yang memperkirakan harga saham akan kembali normal 2 atau 3 tahun lagi, dan akan sangat menguntungkan apabila kita mampu memanfaatkan momentum seperti saat ini.

Bahkan beberapa pelaku asing yang terkenal dengan sebutan sebagai spekulan besar kembali masuk dengan memborong sejumlah saham berbasis pertambangan, yang saat ini harganya sudah lebih murah 8 kali dari harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya. Aksi dari spekulan asing tersebut tentunya memiliki ekspektasi yang kuat kedepan terhadap saham emiten yang diincar.

Krisis global memang sangat dirasakan dampaknya pada perdagangan saham dalam negeri. Kejatuhan indeks bursa di Amerika menyeret sejumlah indeks bursa di dunia ke dalam teritori negatif. Namun, dengan kesabaran serta ketelitian dan analisa yang kuat tentunya momen-momen seperti sekarang ini tetap bisa di manfaatkan untuk meraup keuntungan.

Fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai lebih baik dari Negara lain seiring dengan krisis global saat ini, tentunya memberikan harapan yang lebih baik pada transaksi saham. Kekhawatiran akan imbas yang lebih buruk dari krisis global harus disikapi dengan cara yang lebih bijaksana dengan meilhat sisi positif dari fundamental perekonomian kita saat ini.

Pergerakan harga saham memang tidak luput dari pengaruh banyak hal terutama ekspektasi. Isu maupun rumor yang berkembang di pasar lebih dominan mempengaruhi pelaku pasar dalam membuat keputusan, ketimbang kondisi fundamental emiten. Sehingga tidak jarang keputusan yang diambil justru merugikan pelaku pasar itu sendiri dan juga si emiten.

Akan tetapi itu semua kembali ke sifat dasar pelaku pasar yang terlibat. Spekulan pada umumnya akan lebih berorientasi pada pencapaian keuntungan yang tinggi, dengan tidak begitu peduli pada dampak buruk dari tindakan yang diambil. Karena spekulan lebih identik dengan pelaku pasar yang memutar uang panas dalam jangka pendek.

Spekulan dengan dana yang signifikan tentunya mampu membuat opini pasar sehingga mampu membuat para pelaku pasar panik. Kepanikan umumnya akan berdampak pada keputusan untuk melakukan langkah serupa dan terkadang mengabaikan kondisi riil yang terlihat nyata.

Monkey Did, Monkey Do, begitulah pasar menyebut mereka yang hanya suka ikut-ikutan. Oleh karena itu, perlu kiranya para pelaku pasar lebih banyak mengumpulkan informasi yang berimbang. Bila perlu pelaku pasar berkonsultasi pada manejer investasi untuk menggali informasi sebelum melakukan keputusan.

No comments: