Friday, January 22, 2010

Mentolerir Krisis Global

Medan Bisnis, 24 November 2008
Asosiasi Penguasaha Indonesia (APINDO) telah menyatakan kesulitannya dalam menjalankan roda usaha, serta kesulitan mencari solusi yang lain untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal. Alasan krisis finansial di Amerika telah dirasakan di Indonesia memberikan pukulan sangat kuat dan menyakitkan bagi para pelaku dunia usaha.

Sejumlah data yang dilansir di beberapa media menyebutkan bahwa telah terjadi PHK secara besar-besaran di Amerika. Dan sepertinya akan merembet ke hampir semua Negara termasuk Indonesia. PHK di Indonesia telah terjadi di sejumlah perusahaan garment dengan lebih dari 1.200 orang di PHK. Tidak menutup kemungkinan perusahaan lainnya akan mengikuti langkah serupa. Terutama bagi perusahaan yang menjadikan Amerika sebagai mitra dagang utama.

Gejala membaiknya perekonomian global sepertinya belum akan terlihat dalam waktu dekat ini. Langkah awal yang dilakukan pemerintah AS dengan program bailout-nya tidak cukup efektif dalam meredam gejolak finansial yang kian terpuruk. Hanya berimbas positif terhadap penguatan mata uang US Dolar.

Dalam fluktuasi jangka pendek/sesaat sesekali terlihat sentimen baik di pasar dan terkadang menjadi asumsi akan adanya proses pemulihan ekonomi. Namun, sentiment sesaat tersebut sepertinya hanya berupa asumsi yang sering dijadikan alasan bagi para pelaku pasar dalam meraih keuntungan, atau biasa disebut dengan spekulan. Sehingga terkadang terjadi keganjalan atau anomali yang terjadi pasar finansial.

Langkah-langkah yang dilakukan mulai dari penggalangan dana bersama (bailout) hingga penurunan suku bunga secara dramatis belum juga memberikan hasil yang baik dalam proses pemulihan ekonomi serta mencegah PHK secara besar-besaran. Tingkat konsumsi yang kian menurun akibat penurunan daya beli kembali kian menjadi-jadi karena harus ditambah dengan jumlah pengangguran yang meningkat cukup drastis.

PHK yang terjadi di Indonesia yang dimulai di tahun 2008 ini, juga diperkirakan masih akan berlanjut hingga ke pertengahan tahun 2009 mendatang. SKB 4 menteri yang menyerahkan sepenuhnya kepada pengusaha untuk menentukan upah minimal buruh ternyata di respon negatif oleh para buruh. Padahal pemerintah mempunyai niat baik terhadap kaum buruh.

Setidaknya ada pencegahan terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal dengan keputusan tersebut. Selain itu, dengan diminimalisirnya PHK maka akan menahan kemungkinan buruk yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh membengkaknya jumlah pengangguran. Dalam hal ini pemerintah meminta agar para kaum buruh mau mengerti akan keputusan yang dibuat.

Mentolerir keputusan pemerintah ini sama dengan mentolerir krisis global yang dirasakan langsung pada dunia usaha. Perlambatan aktifitas ekonomi yang sudah mulai terasa ini sepertinya akan berlanjut hingga di tahun 2009 mendatang. Belum ada yang tahu bagaimana cara mengatasi krisis yang memberikan tekanan kuat di sektor keuangan dan telah mewabah ke sektor lain.

Sejauh ini banyak Negara yang bersikap lebih reaktif, yakni dengan melakukan sejumlah kebijakan yang terfokus pada bagaimana mengurangi dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh krisis. Belum pada usaha bagaimana mengatasi krisis. Dalam kondisi yang serba sulit seperti yang terjadi sekarang ini, sebenarnya ada hal yang bisa dilakukan untuk menggairahkan perekonomian domestik.

Yakni dengan melakukan diversifikasi ekspor ke Negara tujuan. Kalau dahulu Amerika menyerap ¼ dari total ekspor dunia. Maka dengan krisis yang terjadi sekarang ini, Amerika mulai kehilangan ke adidayaannya. Kalau menggairahkan perekonomian domestik dengan menstimulus konsumsi dalam negeri, hal tersebut justru akan memberikan resiko yang lebih besar, karena saat ini kita justru kea rah sebaliknya.

No comments: