Friday, January 22, 2010

Pemilu Dan IHSG

Medan Bisnis, 27 April 2009
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) paska PEMILU legislatif kemarin sempat menjadi motor bagi IHSG untuk menguat selama 6 hari berturut-turut. Penguatan tersebut sekaligus membuat IHSG menjadi salah satu indeks bursa regional yang paling banyak mencatatkan kenaikan dan memiliki kinerja terbaik.

Kenaikan indeks juga ditopang oleh kembali bergairahnya perdagangan beberapa saham yang telah keluar dari “pertapaan”, atau tidak aktif diperdagangkan dalam beberapa bulan sebelumnya. Misal untuk saham grup Bakrie seperti ENRG (Energi Mega Persada), BNBR (Bakrie and Brothers). Maupun saham lainnya seperti TRUB (Truba Manunggal).

Bahkan tak jarag, IHSG mengalami anomali, yakni menguat ditengah melemahnya indeks bursa regional lainnya. Penguatan IHSG yang cukup fantastis tersebut ternyata tidak bertahan lama. Setelah rencana koalisi antara Partai Demokrat dan Golkar terhenti. Harga saham berguguran, nilai tukar Rupiah juga melemah terhadap US Dolar.

Kondisi pasar yang diwarnai dengan panic selling terus membayangi perdagangan dalam sepekan terakhir. Alhasil, IHSG ditutup ke teritori negatif dengan fluktuasi pergerakan harga saham yang cukup tinggi dalam setiap sesi perdagangannya. Pecahnya koalisi SBY-JK membuat kepercayaan pasar menurun dan lebih memilih wait and see. Kondisi politik memerankan peran yang lebih dibandingkan dengan isu ekonomi selama sesi perdagangan minggu kemarin.

Arah pergerakan pasar masih menunggu keputusan SBY dalam menentukan siapa yang akan maju menjadi calon wakil presiden atau cawapres. Kalau kemarin pasar merasa nyaman apabila SBY-JK kembali maju dalam pemilihan presiden mendatang. Sehingga kebijakan sebelumnya dapat terus dilanjutkan.

Untuk saat ini, khususnya bagi pelaku pasar, Wakil Presiden yang diusung SBY harus mendapat persetujuan dari pasar. Kalau tidak maka IHSG maupun Rupiah sangat rentan untuk terkoreksi kembali. Karena, wakil presiden yang diusung dengan ideologi yang dinilai kurang pro-pasar akan memberikan efek negatif bagi pasar keuangan domestik.

Pecah kongsi PD-Golkar pada dasarnya telah membuat kabinet di pemerintahan menjadi tidak harmonis. Menurut hemat penulis, pecah kongsi tersebut nantinya akan merubah formasi kabinet, sehingga membuat kabinet yang sekarang kurang optimal dalam menjalankan fungsinya, meskipun para menteri tersebut telah memiliki sistemnya sendiri.

Meskipun menteri keuangan Sri Mulyani menyatakan sebaliknya, namun respon pasar terhadap IHSG yang berlawanan memberikan gambaran jelas atas pandangan pasar terhadap kondisi kabinet pada saat ini. Sehingga dalam waktu dekat IHSG akan terus berfluktuasi hingga ada kejelasan yang pasti akan siapa yang maju dalam pemilihan presiden mendatang, khususnya bagi pasangan SBY nantinya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan bagi pelaku pasar, ada baiknya mencermati beberapa saham untuk mengurangi resiko rugi yang diakibatkan oleh ketidakpastian politik. Beberapa saham yang sangat rentan dengan gejolak politik adalah saham Group Bakrie. Keberadaan Bakrie sebagai menteri di pemerintahan SBY kembali dipertanyakan setelah kongsi PD-Golkar pecah.

Untuk melakukan aksi terhadap saham tersebut, maka ada baiknya mnenggunakan analisa teknikal mengingat beberapa harga saham bakrie yang telah terkoreksi sekitar 50%. Sehingga keputusan yang diambil mengacu pada target maupun level support dan resistance dan hanya bersifat jangka pendek. Dan maksimalkan waktu untuk terus mengikuti perkembangan situasi terakhir. Karena fluktuasi yang tajam tetap bisa memberikan kesempatan untuk menuai keuntungan.

No comments: