Friday, January 22, 2010

Pasar Keuangan Indonesia Sulit Bangkit

Medan Bisnis, 25 Maei 2009
Pada perdagangan akhir minggu kemarin, IHSG ditutup melemah tipis seiring dengan melemahnya indeks birsa regional. Demikian halnya juga dengan nilai tukar rupiah yang turut melemah terhadap US Dolar. Meski demikian bukan berarti US Dolar juga melemah terhadap mata uang dunia lainnya, akan tetapi melemahnya US Dolar terhadap mata uang dunia tidak diikuti oleh penguatan nilai tukar Rupiah.

Pelemahan US Dolar tersebut juga dibarengi dengan penguatan harga emas yang mencatatkan nilai tertinggi dalam 2 bulan teraakhir. Hal yang menyebabkan harga emas naik selain pelemahan US Dolar adalah kenaikan pada harga energi seperti harga minyak dunia. Bahkan ada analis yang memperkirakan apabila US Dolar berlanjut melemah maka harga emas yang saat ini berada di level $958/Ounce diperkirakan akan mencapai level $1.300/Ounce hingga akhir juli nanti.

Penguatan harga energi dan komoditas emas tersebut akan memberikan angin segar terhadap perdagangan saham yang menjadikan minyak dan komoditas menjadi bisnis inti perusahaan tersebut. Meskipun tidak 100% benar namun, penguatan harga energi terutama minyak dunia akan menjadi sentiment bagi kinerja saham yang lebih baik lagi.

Sementara itu, yang menjadi sentiment negatif perdagangan pasar keuangan Indonesia minggu kemarin adalah melemahnya nilai tukar Rupiah serta belum terciptanya kestabilan politik terkait dengan rencana perhelatan besar seperti pemilihan presiden dalam waktu dekat ini. Tekanan pada nilai tukar Rupiah datang dari permintaan rutin US Dolar menjelang akhir bulan.

Namun kedepan, Rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan tren penguatan terhadap US Dolar. Hal tersebut dikarenakan US Dolar yang akan kehilangan rating credit dari level AAA. Kondisi semakin memburuknya perekonomian AS membuat US Dolar kian terpuruk dan menjadi bayang-bayang hitam bagi kinerja bursa kedepan.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia diperkirakan akan terimbas dengan knierja US Dolar yang kian memburuk. Dikarenakan kinerja IHSG yang juga dipengaruhi oleh kinerja indeks bursa di global seperti Dow Jones. US Dolar yang melemah akan memberikan tekanan terhadap Indeks Bursa Dow Jones dan terus akan menjadi sentiment negatif bagi perdagangan bursa dunia lainnya.

Kekhawatiran yang lain muncul tatkala stimulus yang dicanangkan pemerintah AS kemungkinan tidak akan semulus seperti yang diharapkan. Rencana program stimulus yang dikhawatirkan tidak berhasil tersebut memberikan kekhawatiran bagi para pelaku pasar. Rencana stimulus untuk mengelontorkan sejumlah dana masih terfokus dan belum menemui titik terang pada bagimana program bailout perbankan AS nantinya.

Banyaknya sentiment yang tidak dengan pro-pasar tersebut akan terus membayangi perdangan di lantai bursa maupun perdagangan nilai tukar Rupiah. Ada banyak kemungkinan pahit yang akan terjadi kedepan meskipun fundamental ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup solid.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini mendekati Level 2.000 juga akan mengalami kendala untuk melanjutkan tren bullish dan menembus level 2.000. Meskipun banyak analis yang percaya bahwa IHSG sudah seharusnya berada di level 2.800. Pergerakan IHSG yang banyak dipengaruhi banyak faktor tersebut tidak mungkin hanya mengandalkan fundamental ekonomi Indonesia untuk dijadikan satu-satunya alasan kenapa IHSG harus menguat.

Demikian halnya dengan Rupiah. Masih banyaknya pengusaha yang berutang dalam US Dolar membuat Rupiah juga sulit untuk terus menguat. Karena penguatan Rupiah selalu berujung pada tekanan disetiap akhir bulan. Karena hampir semua hutang jatuh tempo dalam US Dolar ada di akhir bulan.

No comments: