Friday, January 22, 2010

Tahun 2009, Penuh Tantangan

Tahun 2008 telah kita lalui meskipun diiringi dengan banyak gejolak ekonomi. Mulai dari harga minyak dunia, pasar keuangan, pasar saham, ditutupnya sejumlah perusahaan raksasa, hingga krisis dunia perbankan. Kesemuanya itu terjadi akibat krisis sektor perumahan yang dimulai dari AS.

Di tahun 2009 ini, diperkirakan masih akan tetap terjadi gejolak ekonomi akibat dari serentetan kejadian di tahun 2008 sebelumnya. Misalkan saja dari dalam negeri, akan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), perubahan asumsi ekonomi makro di dalam APBN, PEMILU, hingga penurunan harga BBM. Dari ranah global, menurunnya laju pertumbuhan ekonomi global, tren suku bunga yang terus turun, perubahan kepemimpinan di AS, program ekonomi pemerintah Barack Obama, hingga ke situasi politik di timur tengah.

Sejauh ini, banyak negara yang mengaku bahwa tahun 2009 merupakan tahun yang tidak mengenakan karena puncak dari resesi akan terjadi di tahun tersebut. Kalau benar demikian maka tahun 2009, Indonesia juga akan menghadapi suatu kondisi yang tidak jauh berbeda dengan negara lain. Tapi banyak yang beranggapan kita masih lebih beruntung jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Benarkah?, coba kita lihat dari sejumlah indikasi yang ada. Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menyatakan bahwa PHK sebanyak 1 Juta karyawan di tahun 2009 bukanlah sebuah gertakan. PHK lazimnya akan menambah beban bagi negara karena akan menurunkan daya beli. Selain itu, PHK juga akan memberikan dampak sosial yang tidak baik.

Kalau melihat program pemerintah yang akan memberikan stimulus sebesar Rp. 50 triliun di tahun 2009. Dana sisa anggaran APBN tahun 2008 itu belum diketahui secara jelas akan digunakan pada sektor apa. Namun, pemerintah memastikan dana tersebut akan digunakan untuk menggerakan sektor riil. Rencana penggelontoran dana tersebut masih harus dilihat keefektifannya.

Ada satu instrumen yang bisa membantu program pemerintah dalam memberikan rangsangan pertumbuhan, yakni suku bunga. Tren penurunan suku bunga global sudah seharusnya diikuti oleh BI untuk menurunkan BI rate. Karena BI rate dinilai masih cukup tinggi padahal banyak negara lain yang sudah menurunkan suku bunga secara drastis bahkan penurunannya dinilai tidak lazim.

Selain itu, rencana penurunan harga BBM juga harus cepat direalisasikan. Mengingat harga minyak dunia yang sudah turun tajam. Penurunan harga BBM dan BI rate cukup ampuh dalam merangsang pertumbuhan sehingga diharapkan mampu mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh PHK massal. Dan langkah tersebut juga lebih efektif dari hanya sekedar program stimulus dengan menggelontorkan sejumlah uang seperti yang pernah dilakukan negeri paman sam.

Namun, perubahan dasar ekonomi makro seperti acuan harga minyak yang harus di waspadai terlebih dahulu. Karena gejolak politik di timur tengah berpotensi membawa harga minyak naik lagi. Sehingga penurunan BBM di dalam negeri nantinya akan terganggu dan menambah beban pada APBN.

Kalau melihat sejumlah indikasi eksternal (global). Maka, kita tidak pungkiri bahwa efektifitas pemerintah Barack Obama nantinya yang akan menjadi acuan kita dalam memprediksi ekonomi di tahun 2009. Kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Obama akan sangat berpengaruh pada indikasi perubahan ekonomi dunia.

Medan Bisnis, 5 Januari 2009
Meskipun sejauh ini Obama mampu membuat pasar merespon positif. Namun, fakta yang akan terjadi setelah Barack Obama menempati gedung putih (20 Januari), akan lebih banyak berbicara dari hanya sekedar janji manis Obama selama masa kampanye.

Pasar menilai Obama yang berasal dari Partai Demokrat lebih memiliki visi untuk menstabilkan ekonomi dari hanya sekedar menghabiskan uang untuk perang. Kepemimpinan Bill Clinton dahulu yang juga dari partai demokrat dinilai lebih baik karena mampu menstabilkan ekonomi, dibandingkan dengan kepemimpinan George W. Bush pada saat ini.

Dari gambaran tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa meskipun puncak resesi akan terjadi di tahun 2009 nanti. Namun, resiko-resiko terburuk yang akan terjadi terus semakin berkurang. Hal ini terlihat dari sejumlah langkah yang diambil pemerintah SBY. Selain itu, kita juga pernah mengalami dan seharusnya sudah belajar dari pengalaman krisis tahun 1997-1998. Mengawali tahun 2009 ini bukan suatu hal yang berlebihan kalau kita tetap optimis. Selamat tahun baru 2009.

No comments: