Saturday, January 23, 2010

Harga Komoditas Di Tahun 2010

Medan Bisnis, 21 Desember 2009
Setelah sempat naik dilevel yang tertinggi dan turun tajam pada tahun 2008 silam. Komoditas diperkirakan akan kembali memulai kejayaannya di tahun 2010 nanti. Komoditas seperti CPO, Minyak, Emas, Nikel, Timah dan Batubara serta komoditas lainnya diyakini akan masuk ke babak baru seiring dengan proses pemulihan kondisi perekonomian dunia.

Seperti di tahun 2008 silam, kenaikan harga komoditas seperti minyak mentah dunia dan CPO telah menghantarkan indeks bursa melesat di kisaran level 2.800. Booming harga komoditas sebenarnya juga memberikan dampak lain seperti defisit anggaran pada Negara yang amat tegantung pemenuhan komoditasnya dari Negara lain.

Namun, akan sangat menguntungkan bagi Negara yang mengekspor komoditas tersebut seperti Negara di kawasan timur tengah. Oleh karena itu, apabila kita mengharapkan ada kenaikan pada kinerja indeks bursa, maka sebenarnya kita juga harus mengikuti tren kenaikan harga komoditas. Karena booming harga komoditas selalu diikuti booming harga saham di lantai bursa.

Selain itu, komoditas juga sering dijadikan instrument nvestasi untuk menghindarkan dari tingginya laju tekanan inflasi serta menurunnya nilai tukar suatu mata uang. Biasanya komoditas tersebut bernama emas. Emas merupakan komoditas yang dinilai paling aman diantara komoditas lain sebagai wadah investasi. Selain harganya yang terus naik, kenaikan harga komoditas seperti minyak juga bisa menggiring harga emas ke level yang lebih tinggi.

Selain itu, seper ti yang terjadi beberapa minggu kemarin. Emas sempat bertengger di level tertingginya di kisaran $2.200/troy once, setelah nilai tukar US$ melemah sangat signifikan. Investor yang sebelumnya sempat mengkhawatirkan nilai tukar US$ karena turun tajam dilanda krisis, beralih ke Emas sebagai alternatif investasi yang dinilai mampu menggantikan US$ serta dinilai paling aman.

Investor didunia ini memiliki kecenderungan untuk mengalihkan asset-aset berharga ke dalam suatu portofolio yang memberikan tingkat keamanan yang paling baik. Aset dalam US$ dan Emas merupakan salah satu alternatif yang paling utama yang sering digunakan. Sehingga apabila ada penurunan atau naik disalah satu instrumen tersebut maka akan terjadi sebaliknya pada instrumen yang lain, dan begitu seterusnya.

Dengan perekonomian dunia yang saat ini sedang mengalami proses pemulihan, maka komoditas yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga paling signifikan adalah Minyak Dunia. Minyak mentah selalu menjadi indikator pemulihan ekonomi dunia. Misalkan saja apabila ada suatu Negara yang mengklaim bahwa mereka sedang mengalami pertumbuhan, maka bisa dilihat dari pola konsumsi minyaknya. Kecenderungan pola konsumsi yang naik akan menjadi tolak ukur laju pertumbuhan Negara tersebut sekaligus tolak ukur kenaikan harga minyak mentah dunia.

Dan apabila minyak dunia mengalami kenaikan harga yang signifikan maka biasaya akan diikuti oleh kenaikan pada harga komoditas lain sebagai penyeimbang seperti emas. Sementara CPO, Batubara, nikel dan komoditas lainnya akan mengalami kenaikan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi serta urgensi dari setiap komoditas tersebut dalam menopang proses laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Meskipun pada umumnya komoditas akan naik secara bersamaan, namun kenaikannya akan bergerak dengan proporsinya masing-masing. Dan kenaikan harga komoditas itu tidak melulu akan berdampak positif bagi perekonomian. Ada dua sisi dampak yang timbul. Akan berdampak positif bagi pasar keuangan dan sekaligus akan menjadi tolak ukur laju pertumbuhan.

Namun, akan menjadi masalah serius apabila lamban dalam penanganannya seperti tekanan inflasi. Negara yang masih memberikan stimulus berupa subsidi untuk konsumsi BBM seperti Indonesia. Diyakini akan menerima beban yang lebih berat karena kenaikan komoditas itu sendiri.

No comments: