Saturday, January 23, 2010

Kemungkinan Reversal Di Pasar Keuangan

Medan Bisnis, 7 Desember 2009
Bursa amerika kembali menghijau, setelah beberapa hari sebelum pengumumam data ketenaga kerjaan sempat membuat indeks DJIA (Dow Jones Industrial Average) diperdagangkan di teritori negatif. Ekspektasi sebelumnya bahwa tingkat pengangguran akan naik sekitar 119.000 jiwa di AS ternyata tidak terbukti.

Kejutan besar terjadi pada US Dolar. Dengan dikeluarkannya data ketenaga kerjaan (Non Farm Payroll) yang menunjukkan perkembangan luar biasa, Dollar AS terpantau menekan dengan sangat kuat mata uang Euro pada perdagangan hari jumat kemarin. Perdagangan EUR/USD berada pada kisaran 1.5042. Ini merupakan respon pasar yang lebih memilih Dollar AS.

Data ketenaga kerjaan AS membukukan penurunan jumlah tenaga kerja hanya sebesar 11.000 jiwa, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya akan terjadi penurunan sebanyak 119.000 jiwa. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 10% dari sebelumnya 10.2%.

Penguatan US Dolar karena data tersebut diperkirakan akan terus menekan laju mata uang dunia lainnya. Tanpa terkecuali nilai tukar Rupiah. Selain itu, fokus terhadap permasalahan krisis di dubai sepertinya akan tertutupi dengan dirilisnya berita tersebut hingga ada perkembangan isu yang serupa di masa yang akan datang.

Penguatan DJIA dan US Dolar sepertinya akan berjalan mulus setidaknya hingga Natal dan Tahun Baru nanti. Namun, kondisi sebaliknya bisa saja terjadi bagi nilai tukar Rupiah dan mata uang Rupiah. Karena stimulus yang di jalankan pemerintah AS nantinya akan berujung pada meningkatnya laju tekanan inflasi.

Laju inflasi akan berimbas pada kenaikan The FED Fund Rate (Bunga The FED). Mewaspadai kemungkinan kenaikan suku bunga tersebut akan membuat pasar keuangan Indonesia bergejolak. Pembalikan modal atau reversal di pasar keuangan kita bisa saja terjadi, karena US Dolar sebagai mata uang paling aman di dunia ini.

Sehingga penguatan US Dolar nantinya akan menekan nilai tukar Rupiah serta berpotensi membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi. Ada kemungkinan pemulihan ekonomi di AS bisa saja berdampak sebaliknya terhadap Rupiah dan IHSG. Walaupun akan tetap bagus untuk perdagaangan saham dalam jangka panjang.

Meski demikian akan tetap ada hal positif yang mampu menahan pembalikan modal keluar dari Indonesia. Kembali kepada tingkat pertumbuhan yang terjadi selama tahun 2009 dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2010 mendatang. Laju pertumbuhan yang akan dipertahankan secara konsisten tersebut diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri dalam memikat investor.

Selain itu, tekanan laju inflasi di masa yang akan datang akan tetap membuat Bank Indonesia menyesuaikan tingkat suku bunga. Dalam hal ini, BI Rate diperkirakan akan terus naik dan tetap menjaga spread (selisih) antara BI Rate dan The FED Fund Rate dalam angka yang wajar.

Sehingga kalaupun terjadi reversal sepertinya akan hanya sesaat dan tidak akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Secara historis, pengalaman Indonesia untuk lepas dari keterpurukan di pasar keuangan relatif dapat diatasi, walaupun terkadang kebijakan yang diambil tidak pro dengan sector riil.

No comments: