Friday, January 22, 2010

Level Support Indeks

Medan Bisnis, 9 februari 2009
Pada perdagangan akhir minggu kemarin IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) menguat signifikan, dan terkesan mengabaikan pergerakan indeks di Amerika yang melemah. Penguatan indeks dipicu oleh menguatnya sejumlah saham, khususnya saham BUMI (PT. Bumi Resources, Tbk).

Bahkan harga saham BUMI harus ditutup lebih cepat perdagangannya karena telah menembus level 680, dimana secara otomatis harga saham bumi langsung masuk ke batas auto rejection. Penguatan harga saham tersebut seolah-olah memberikan harapan bahwa Indeks saat ini telah bergerak ke teritori positif. Benarkah?

Sejauh ini, Indeks memang bergerak cukup volatile seiring dengan gonjang-ganjing pasar keuangan dunia. Kondisi ini cukup memberikan ketidakpastian bagi pergerakan saham domestik. Namun, ada hal yang cukup memberikan angin segar, sewaktu Indeks mulai bergerak turun dan mendekati level psikologis 1.300 indeks justru berubah arah dan bergerak menguat dengan meyakinkan.

Mungkin ini sebuah pertanda bahwa Indeks kemungkinan akan tertahan laju pelemahannya apabila bergerak turun menunju level (1.300) tersebut. Secara teknikal itu bukanlah suatu kemungkinan saja. Bisa juga dikatakan sebagai fakta. Karena secara psikologis investor bisa saja memandang bahwa tekanan jual sudah menemui level terendahnya, sehingga level tersebut sudah saatnya untuk beli atau it’s time to buy.

Tidak hanya itu saja, penguatan indeks sepertinya juga mengikuti perkembangan kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. Paket stimulus yang sedang diwacanakan sepertinya mampu menjadi angin segar serta memberikan pengharapan akan terjadi perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik.

Namun, masih banyak juga pelaku lain yang justru melihat bahwa Indeks saat ini masih dalam tahap konsolidasi. Penguatannya yang secara meyakinkan belum jaminan bahwa Indeks akan terus menguat, karena perubahan secara tak terduga masih besar kemungkinannya akan terjadi. Terlebih apabila melihat kondisi perekonomian global yang masih dalam ketidak pastian

Pendapat seperti itu boleh-boleh saja, namun yang pasti bahwa resiko kemungkinan rugi akibat masuk ke pasar di level saat ini pasti lebih kecil ketika Indeks berada diatas 2.000. Karena kalaupun ada pelemahan indeks kembali tentu pelemahannya sangat terbatas. Kebijakan pemerintah serta otoritas bursa yang memberlakukan system auto rejection juga dinilai efektif dalam mencegah indeks bergerak terlalu liar.

Sehingga tidak perlu dikhawatirkan harga saham akan melorot sangat signifikan dalam satu hari tanpa ada batas pelemahan yang jelas. Karena pada saat ini kondis-kondisi tersebut telah diantisipasi dengan system yang lebih baik seperti auto rejection. Lebih aman, namun terkesan merugikan apabila ada harga saham yang memiliki tren penguatan dalam satu hari perdagangangan.

Selain itu, keraguan untuk masuk kepasar saat ini seharusnya lebih melihat prospek perkembangan ekonomi dalam negeri dan tidak hanya terpaku pada perkembangan ekonomi diluar sana. Terlebih banyak pengamat hingga lembaga keuangan internasional yang menyatakan bahwa Indonesia akan lebih tahan terhadap goncangan krisis yang terjadi pada saat ini.

Kalau menunggu indeks bergerak menguat, maka kapan ya itu akan terjadi!. Jangan-jangan itu hanya merupakan keraguan kita dalam melihat prospek perkembangan pasar kedepan. Dan jangan samapi ketinggalan dan menyadari bahwa kita sebenarnya tidak dapat memanfaatkan peluang pelemahan indeks yang saat ini berada jelas didepan kita.

No comments: