Saturday, January 23, 2010

Sejarah Akan Terulang

Medan Bisnis, 19 Oktober 2009History repeats itself, atau sejarah akan terulang. Begitulah istilah yang banyak digunakan oleh para analis teknikal yang mempercayai bahwa pergerakan saham dengan pola tertentu akan terjadi lagi dimasa yang akan datang. Indeks bursa Dow Jones atau DJIA (Dow Jones Industrial Average) telah menembus level 10.000, setelah beberapa tahun sebelumnya juga pernah menembus level tersebut, namun berbalik turun di hantam krisis.

Setelah DJIA menembus level tersebut, keesokan harinya tren penguatan di Dow Jones terus berlanjut. Kenaikan tersebut mengabaikan fundamental ekonomi AS yang dinilai belum sepenuhnya terlepas dari krisis. Tren naik atau Up Trend atau biasa disebut juga dengan Bullish sedang mewabah di beberapa bursa global.

Investor saat ini sangat percaya diri dan mempercayai bahwa DJIA akan sulit untuk turun kebawah level 10.000. Sehingga Dow Futures yang merupakan indikator untuk mengukur pergerakan DJIA pada saat dibuka hingga penutupan pun terus menorehkan angka berwarna hijau yang berarti kecenderungan DJIA tetap keatas.

Keadaan tersebut nantinya akan membuat harga saham relatif mahal dan akan memicu aksi profit taking. Secara teknikal indeks harga saham akan menemui titik jenuh beli yang akan menggiring Indeks menemui titik resisten dan akan menjadi titik balik bagi terkoreksinya indeks. Keadaan serupa juga sedang dialami oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). IHSG bahkan memiliki kinerja yang terbaik di bursa asia. Dan yang terbaik kedua didunia setelah Peru.

IHSG dalam waktu dekat juga akan mengulang sejarah. Dimana IHSG pernah menyentuh level tertingginya di sekitar 2.800 (sebelum krisis melanda AS tahun 2008). Sekarang indeks sudah berada di level 2.500-an. Hingga akhir bulan ini IHSG nantinya akan mampu berada di atas 2.600. Dan akan terus bergerak menguat hingga menembus level 2.700 di bulan November.

Kepercayaan investor akan DJIA salah satu menjadi pemicunya. Selain itu, pembentukan kabinet (terlebih kabinet yang diinginkan pelaku pasar), pelantikan presiden SBY juga akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Meskipun rawan aksi profit taking, namun IHSG sepertinya tidak akan memperdulikan hal tersebut. Membaiknya sentiment positif global serta ekspektasi akan membaiknya perekonomian Indonesia menjadi tulang punggung yang akan membuat IHSG membentuk Bullish Trend.

Kinerja saham emiten BUMI sebenarnya juga sangat potensial merubah arah pergerakan pasar. BUMI yang sedang di-expose karena memiliki hutang yang banyak berpeluang membuat tekanan untuk IHSG. Namun, sejauh ini BUMI mampu mengurangi kerugian yang diakibatkan turunnya harga saham BUMI yang terhitung mulai 2 minggu yang lalu.

Dengan kondisi pasar global yang diperkirakan akan membentuk Bullish Trend, IHSG sepertinya akan membentuk pola yang sama. Meskipun kinerja IHSG dinilai terlalu cepat pulih dibandingkan dengan indeks bursa global. IHSG memang sangat rawan koreksi saat ini. Namun, fundamental ekonomi yang baik akan menjadi landasan yang kokoh dalam jangka panjang. Sehingga meskipun nantinya terkoreksi, IHSG akan cepat menutup kerugiannya.

Perdagangan saham merupakan sebuah seni. Dimana sulit bagi kita untuk merubah persepsi pasar. Namun, setidaknya kita dapat bergerak sesuai dengan persepsi kita masing-masing. Oleh karena itu, pemahaman pasar dari sisi teknikal seharusnya juga diiringi dengan pemahaman fundamental yang memamadai. Sangat mungkin, History Doesn’t Repeat Itself (sejarah tidak akan terulang) apabila pasar tidak didukung oleh fundamental yang mendukung.

No comments: