Friday, January 22, 2010

APBN 2009, Akankah Berubah Lagi?

Medan Bisnis, 12 Januari 2009
Pemerintah telah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2009. Dari sekian banyak data yang dibuat. Beberapa data perekonomian yang menjadi asumsi dasar sangat optimis, meskipun realisasi data pada saat ini sangat jauh dibandingkan dengan asumsi pemerintah dalam APBN 2009. Salah satunya adalah nilai tukar Rupiah yang diasumsikan bergerak di kisaran 9400/$.

Nilai tukar Rupiah yang saat ini berada di level 11.000/$, tentunya belum bisa memberikan harapan apa-apa. Karena nilai tukar Rupiah saat ini masih sangat jauh dibandingkan dengan asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2009. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tersebut cukup realistis. Setidaknya nilai tukar Rupiah ditopang dengan cadangan devisa yang cukup.

Selain itu, nilai impor Indonesia yang diperkirakan akan terus turun seiring dengan krisis global, akan meningkatkan surplus di neraca perdagangan Indonesia, apabila turut dibarengi dengan kinerja ekspor yang memadai. Belajar dari pengalaman sebelumnya, yakni pada saat Rupiah melemah ke level 12.000/$ paska kenaikan BBM di era pemerintahan SBY (tahun 2005), mampu diredam hingga akhirnya Rupiah kembali sempat menguat ke level 8.700/$.

Namun yang dilakukan pemerintah pada saat itu adalah dengan menaikan suku bunga acuan (BI rate) secara signifikan diatas rata-rata 12%. Keputusan tersebut dinilai mampu menarik dana asing masuk ke Indonesia meskipun banyak yang mensinyalir dana tersebut masih merupakan dana panas. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada saat ini. Dimana terus terjadi penurunan suku bunga acuan (BI rate).

Sehingga kalaupun kita melihat indikasi ekonomi makro khususnya Rupiah maka bisa diperkirakan pemerintah masih mengalami sejumlah hambatan untuk merealisasikan targetnya tersebut. Karena kondisi perekonomian AS yang masih memburuk justru membuat nilai tukar US Dolar semakin perkasa terhadap mata uang dunia.

Selain itu, asumsi dasar tentang harga minyak dunia per barel yang masih $80/barel juga sangat jauh dari realisasi harga minyak pada saat ini yang rata-rata sebesar $40/barel. Namun penulis menilai asumsi harga minyak tersebut sangat realistis. Di tahun 2008 saja harga minyak sempat naik tajam di pertengahan bulan juli ($147/barel) dan terjun bebas menjelang akhir tahun 2008 ($40/barel).

Fluktuasi yang tajam tersebut dapat memberikan gambaran jelas bahwa acuan harga minyak sangat rentan dengan perubahan eksternal. Saran dari DPR yang meminta harga minyak diasumsikan di level $60-$70/barel sangat beresiko. Tahun 2009 belum memberikan gambaran jelas arah perubahan harga minyak. Ditengah ketidakpastian tersebut sudah selayaknya pemerintah lebih memilih untuk pilihan yang terburuk yang mungkin terjadi.

Selain itu, harga minyak masih berpotensi untuk kembali naik. Krisis geopolitik di jalur gaza juga sempat membuat harga minyak berfluktuasi dengan kecenderungan terus naik. Dan masih banyak hal lainnya yang mungkin terjadi selama tahun 2009 tentunya. Dari kondisi pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan akan menunjukan peforma buruk di tahun 2009, akan berdampak semakin berkurangnya permintaan akan minyak.

Sementara asumsi dasar lainnya menurut penulis masih dalam ukuran yang wajar. Laju inflasi, laju pertumbuhan, SBI 3 bulan serta suku bunga acuan (BI rate) masih cukup rasional. Hanya saja suku bunga sepertinya masih akan dipatok dengan angka yang cukup tinggi. Padahal Amerika Serikat yang selama ini acuan suku bunganya (The FED Fund Rate) menjadi patokan telah turun hingga mendekati 0%.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah masih membutuhkan likuiditas yang lebih dalam mengontrol cash flow untuk mengamankan sektor keuangan. Dan dari pengamatan penulis hampir semua Negara yang tergolong dalam emerging market (Negara berkembang) melakukan langkah yang serupa. Tapi semuanya itu akan terus berubah (indikator ekonomi global). Dan jangan heran apabila APBN juga akan terus mencari keselarasan (berubah) dengan perubahan indikator tersebut. Dan jangan heran kalau nanti ada perubahan APBN lagi.

No comments: