Friday, January 22, 2010

Dibutuhkan Kebijakan Cepat Atasi Krisis

Medan Bisnis, 2 februari 2009
Pada bulan Aptil mendatang, Negara yang tergabung dalam kelompok akan melakukan hajatan besar berupa pertemuan yang akan membahas masalah krisis global. Diharapkan akan ada semacam kebijakan praktis guna mengatasi dampak buruk dari krisis global yang telah merusak sendi-sendi perekonomian dunia.

Anggota kelompok G-20 itu adalah Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan AS serta Uni Eropa. Dan Inggris yang akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan tersebut.

Sejauh ini, Negara-negara yang dilanda krisis pada dasarnya telah melakukan kebijakan individu dalam menanggulangi dampak negatif dari krisis global. Namun hasilnya belumlah optimal. Karena setiap Negara yang dilanda krisis sangat terikat dengan Negara lainnya. Terlebih yang dilanda krisis adalah Amerika, Negara dengan konsumsi terbesar dunia dan yang paling besar dalam memberikan kontribusi bagi produk domestik bruto (PDB) dunia.

Amerika Serikat juga belum mampu membuat kebijakan dalam mengatasi krisis. Rencana AS yang akan menggelontorkan sejumlah uang (lebih dari $800 Milyar) untuk stimulus ekonomi dinilai belum optimal. Masih dibutuhkan banyak uang lagi untuk membuat roda perekonomian AS kembali berputar. Seperti yang dikemukakan oleh George Soros maupun pengamat ekonomi dunia lainnya.

Great Depression yang terjadi di tahun 1930 sepertinya kembali terluang pada tahun ini. AS yang mampu keluar dari krisis tersebut diharapkan juga mampu keluar dari krisis yang terjadi pada saat ini. Belum tahu persis apa yang akan dilakukan bersama untuk mengatasi krisis yang terjadi saat ini meskipun ada rencana pertemuan akbar. Yang pasti hal yang mungkin dilakukan oleh setiap masing Negara adalah dengan menyelamatkan perekonomian negerinya sendiri. Sehingga, kebulatan tekad bersama (G-20) sangat bergantung pada sejauh mana kebijakan tersebut efektif bagi masing-masing Negara.

Jadi apabila ada Negara yang menilai bahwa kebijakan bersama dari pertemuan tersebut (G-20) kurang efektif, maka ada kemungkinan Negara tersebut akan mengambil langkah sendiri meskipun sebenarnya telah dicapai kesepakatan bersama. Karena dalam kondisi yang serba sulit seperti sekarang ini tentunya banyak orang/Negara yang lebih memilih kebijakan yang pragmatis.

Terlebih bagi Negara berkembang atau miskin. Banyaknya jumlah penduduk miskin yang sangat rentan terhadap kejutan-kejutan ekonomi yang muncul, akan sangat berpengaruh pada kondisi sosial di masing-masing Negara. Kebijakan yang tidak populis akan kian mempersulit pemerintahan dalam membuat keputusan, dan berpotensi mengancam keberlangsungan ssistem pemerintahan yang telah berjalan.


Indonesia juga sangat rentan terhadap isu perkembangan ekonomi global. Keputusan pemerintah yang menurunkan BBM bukanlah murni sebagai kebijakan dari pemerintah. Namun lebih dikarenakan faktor keberuntungan karena terjadi penurunan harga minyak mentah dunia.

Dalam rangka PEMILU dan diiringi dengan terus kian merosotnya perputaran roda ekonomi, jelas terlihat Indonesia sebenarnya berada dalam kondisi yang serba sulit dan sangat rentan terhadap gejolak yang timbul. Meskipun demikian banyak pengamat yang menyatakan bahwa Indonesia masih akan bias bertahan dalam kondisi yang serba sulit ini.

Nah kira-kira apa yang diharapkan Indonesia dalam pertemuan kelompok G-20 untuk menanggulangi krisis?. Banyak Negara yang tentunya akan berkata sama yakni kita butuh likuiditas lebih untuk memacu perekonomian. Kalau bicara likuiditas ini tentunya akan berujung pada permasalahan hutang.

Kalau Negara kreditur saat ini sedang sakit akibat krisis global, maka IMF menjadi salah satu alternatifnya. Mungkin ga!, mungkin Indonesia tidak akan lagi menggunakan IMF. Kalau menerbitkan Obligasi (surat utang)? Tentunya lebih masuk akal. Tentunya kita akan ngomong ngapain kita ngutang lagi. Dan pemerintah juga tentunya akan meminta masukan ide bagaimana menanggulangi krisis secara cepat dan tidak ngutang. Bisakah kita berharap pada pertuman G-20 nanti!.

No comments: