Saturday, January 23, 2010

Dicari Obat Krisis

Medan Bisnis, 29 September 2009
Bank Sentral AS atau The FED akan tetap mengelontorkan $1.25 Triliun ke dalam pasar perumahan serta tetap focus pada penyelamatan perekonomian AS. Sumber Bloomberg mengatakan bahwa Amerika Serikat telah membeli asset-asset di sektor perumahan (moortgage backed securities) sebesar $ 694 Milyar sejak bulan januari.

Tidak hanya disitu, Bank Sentral AS atau The FED masih akan menggelontorkan uang sebanyak $ 556 Milyar hingga april 2010 untuk tetap mempertahankan suku bunga rendah. Kebijakan tersebut setidaknya akan memberikan angin segar bagi pasar keuangan global serta menyelamatkan wajah perekonomian dunia dari resesi.

Kebijakan stimulus ini akan tetap menjadi solusi yang dijagokan oleh AS untuk menyelamatkan perekonomian dari resesi yang buruk ini. Dan dalam banyak solusi yang dimiliki pemerintah AS, pembelian asset-aset bermasalah di sektor perumahan menjadi yang paling banyak menghabiskan uang dibandingkan dengan pemulihan di sektor lainnya.

Kebijakan yang dikeluarkan negeri paman sam tersebut, telah menekan suku bunga rata-rata 30 tahun untuk KPR menjadi sekitar 5.04% atau telah mengalami penurunan sebesar 9.4% sejak bulan mei. Kebijakan menyelamatkan perekonomian AS dengan cara menyelamatkan sektor perumahan memang akan menjadi indikator kuat bagi pemulihan ekonomi AS.

Perekonomian AS yang sejauh ini memang diperburuk oleh membengkaknya kredit macet di sektor perumahan AS menjadi biang keladi bagi terpuruknya perekonomian Global. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah AS memang belum menunjukan hasil yang berdampak signifikan bagi pemulihan perekonomian global.

Dampak sistemik yang dihasilkan juga cukup parah. Salah satunya adalah pelemahan nilai tukar US Dolar, hingga sebuah solusi yang berujung pada pengurangan pendapatan para bankir di AS. Para pemimpin dunia bahkan mengusung agar nilai tukar US Dolar dibiarkan tetap melemah guna mengurangi ketidakseimbangan perdagangan global.

Bahkan yang lebih ekstrim adalah munculnya ide agar US Dolar diganti dalam melakkan transaksi perdagangan internasional. Dalam pertemuan kelompok G-20 di AS, ketidakseimbangan perdagangan tersebut akan berganti dengan semakin memburuknya nilai tukar US Dolar di pasar global. Dengan semakin terpuruknya US Dolar, maka untuk Indonesia nilai tukar Rupiah diperkirakan akan terus menguat.

Pelemahan nilai tukar US$ tersebut membuat sejumlah petinggi di Bank Sentral AS berencana untuk menaikkan suku bunga acuannya. Implikasi yang akan didapat adalah meningkatnya tekanan inflasi di AS, meskipun tidak dibarengi oleh laju pertumbuhan yang signifikan. Sangat ironis sekali.

Pada saat suku bunga nantinya dinaikan maka akan menjadi pemicu bagi kenaikan suku bunga acuan global. Inflasi akan mengerek industri ke permasalahan yang baru lagi. Apabila stimulus yang direncanakan AS tetap berjalan. Maka AS perlu banyak uang lagi guna menyelamatkan perekonomiannya.

Semakin tidak efektif stimulus yang digelontorkan maka peluang masuk ke jurang yang lebih dalam semakin besar. Diawali dari sektor perumahan AS yang kacau balau. Mungkinkah penyelesaian masalah juga dilakukan dengan memperbaiki sektor tersebut. Atau adakah solusi lain yang tepat yang dapat mengatasi semua masalah. Satu yang pasti tidak ada obat untuk semua penyakit.

No comments: