Friday, January 22, 2010

Tidak Ada Kenaikan Yang Abadi

Medan Bisnis,
Akhir minggu kemarin, pada sesi ertama IHSG baik 2%, namun seperti hari jum’at pada umumnya, dimana IHSG sering ditutup melemah. Di Hari jm’at minggu lalu IHSG terpaksa ditutup turun tajam. IHSG mengakhiri pekan kemarin dengan anjlok sebesar -1,91% ke level 1750,91. Demikian halnya juga dengan indeks sektor unggulan atau LQ45 juga turun sebesar -1,27% di level 340,977.

Penurunan tersebut mengkahiri rally kenaikan IHSG sebelumnya dimana sempat naik signifikan. Jum’at kemarin IHSG ditutup anomaly dengan indeks bursa regional maupun global yang pada umumnya ditutup menguat. Anomali tersebut diyakini akibat aksi profit taking pelaku pasar. Dimana saham group bakrie dan saham di sektor pertambangan yang mengalami penurunan paling besar.

Beberapa saham yang turun antara lain Bumi Resources (BUMI) turun 8,21% ke Rp 1790, Energi Mega (ENRG) turun 24,74% ke Rp 365, Bukit Asam (PTBA) turun 2,53% ke Rp 9650, dan ANTM turun 3,98% ke Rp 1690. Diantara penurunan tersebut tetap ada saham yang masih mempertahankan harganya yakni Astra Agro (AALI) naik 5,33% ke Rp 17800, GGRM naik 3,77% ke Rp 8250, BMRI naik 1,92% ke Rp 2650, dan BBNI naik 2,07% ke Rp 1480.

Rally panjang IHSG pada hari-hari sebelumnya ternyata memberikan koreksi yang tajam. Keputusan politis yang dinanti pelaku pasar juga memberikan kekhawatiran tersendiri. Selain karena manuver politik yang tajam, keputusan koalisi serta statemen yang premature membuat informasi berubah dalam rentan waktu yang cukup singkat. Ditengah ketidakpastian tersebut pasar sepertinya lebih memilih wait and see ketimbang membuat posisi baru.

Pada perdagangan jum’at kemarin IHSG semestinya mampu menguat lebih jauh lagi. Namun, kenaikan Indeks Bursa Dow Jones yang ditutup menguat tipis 0.6% tidak membakar semangat para pelaku pasar untuk tetap mengoleksi portfolio/saham. Kalaupun ada sentimen lainnya maka pasar sepertinya akan menunggu hingga peta pemilihan presiden tergambar dengan cukup jelas sehingga akan menjadi sentimen positif dan direspon oleh pasar.

Ada 3 pasawangan Capres dan Cawapres yang akan bersaing dalam pemilihan presiden mendatang. Keputusan SBY yang merangkul Boediono sebenarnya menunjukan bahwa besar kemungkinan kebijakan yang dibuat nantinya sangat mendukung kinerja perekonomian dan direspon positif oleh pasar, apabila dibandingkan dengan calon lainnya. Namun, itupun kalau nantinya mereka terpilih.

Nah, menjelang pemilihan presiden selain terfokus pada permasalahan politik, IHSG masih akan tetap menjadikan indeks bursa regional seperti Hang Seng (Hongkong) dan Nikkei (Jepang) menjadi acuan. Selain itu, Indeks bursa Dow Jones masih akan tetap menjadi lokomotif pada pergerakan indeks bursa ke depan. Sehingga, sembari menunggu siapa yang akan menang dalam Pilpres nantinya, ada baiknya kita melihat indeks bursa diluar untuk dijadikan patokan dalam mengambil keputusan.

Fluktuasi pada perdagangan saham dilantai bursa nantinya akan sangat volatile. Volatilitas tersebut dipicu oleh ketidakpastian arah perubahan ekonomi nantinya serta kenaikan IHSG yang saat ini sangat rawan dengan aksi profit taking. Rally pada IHSG selanjutnya masih menunggu kepastian siapa yang menang dalam Pilpres. Meski demikian, proses pemilihan presiden yang berjalan lancar nantinya akan menjadi pendongkrak bagi kenaikan IHSG.

Untuk menghindari kerugian akibat ketidakpastian tersebut maka ada baiknya melakukan transaksi yang jangka pendek, atau melakukan investasi dalam jangka panjang sekaligus. Keberanian dalam melakukan take profit maupun cut loss menjadi kunci utama keberhasilan ditengah kondisi seperti sekarang ini. Dan itu semua kembali kepada keberanian setiap individu.

No comments: