Saturday, January 23, 2010

Pansus Bank Century Rumit, Pasar Keuangan Tetap Melejit

Medan Bisnis, 18 Januari 2010
Keributan kembali mewarnai pasus yang saat sedang memeriksa tokoh-tokoh penting negeri ini. Sebut saja Sri Mulyani, Raden Pardede hingga mantan wakil presiden Jusuf Kalla. Saling lempar bola panas pun terjadi, seperti Sri Mulyani yang merasa ditipu karena data dari Bank Indonesia yang ia terima sewaktu menjabat sebagai ketua KKSK (Komite Kebijakan Sektor Keuangan) tidak akurat dan berubah-ubah.

Kemelut yang terjadi dihadapkan pada sidang DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) tersebut mencerminkan rentannya kondisi politik dalan negeri kita. Etika setiap anggota pansus dalam menyelidiki masalah Bank Century dituding menjadi biang kerok terhadap kisruhnya masalah penyelesaian Bank Century yang dinilai sangat lambat. Kondisi-kondisi ini sebenarnya juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pelaku pasar keuangan di negeri ini.

Beruntung kita masih memiliki kondisi fundamental yang lebih baik dibandingkan dengan negeri lain. Sehingga Negara kita masih dinilai lebih menarik sebagai tempat investasi. Permasalahan Bank Century yang dinilai kontroversial mentok pada permasalahan dampak sistemik serta faktor psikologis yang dihadapai sewaktu membuat keputusan (bailout century).

Sebagian anggota DPR meyakini bahwa Bank Century sebenarnya dirampok. Dan bukan karena dampak krisis global pada saat itu. Krisis di AS kemarin memang sangat berpengaruh pada dunia industry perbankan global. Kalau Lehman & Brothers yang menyandang predikat Bank besar kelas dunia dan terlalu sulit untuk bangkrut, justru di tahun 2008-2009 kita telah melihat kebangkrutannya. Dan bagaimana dengan Bank sekelas century.

Dampak sistemik yang terjadi juga sangat luar biasa di Amerika dan dunia. Industri perbankan menjadi sangat rentan dan terancam bangkrut. Krisis tersebut dinilai sebagai krisis yang paling buruk yang pernah terjadi. Nah kalau Bank Century yang kalah kliring langsung dijadikan Bank pesakitan oleh BI tentunya sangat beralasan dengan kondisi perbankan global yang mengkhawatirkan. Namun, fakta yang terjadi seperti jumlah bailout yang berubah-ubah pada saat rapat KKSK menjadi alasan utama dan perlu untuk diusut sampai tuntas.

Dan bayangkan pula apa yang akan terjadi misalkan pada saat itu Bank Century dinyatakan bangkrut dan ditutup. Yang pasti adalah kepanikan yang luar biasa yang berpotensi membuat terjadinya pembalikan modal ke luar negeri. Ini akan berdampak pada melemahnya nilai tukar Rupiah serta Indeks Bursa Saham. Kalau Rupiah melemah tajam maka dengan sangat menyesal kita akan kembali ke kondisi tahun 1997-1998 silam.

Secara psikologis kalau kita berada pada kondisi tersebut tentunya bingung untuk memposisikan diri serta kebijakan apa yang akan diambil. Dan kebijakan yang akan diambil tentunya harus cepat karena Bank Century ibarat pasien yang telah diinapkan di ruang ICU. Pertanyaan yang menonjol adalah bagaimana menyelamatkan Bank Century sehingga tidak menular ke Bank Lainnya, dan bukan kepermasalahan bagaimana Bank Century bisa sakit maupun kronologis lainnya. Kalaupun muncul pertanyaan demikian maka sebaiknya diusut setelah semuanya kembali normal.

Kita juga telah memiliki mekanisme untuk menyelesaikan masalah dugaan korupsi seperti KPK. Nuansa politis sangat kental pada saat dilakukannya rapat Pansus Bank Century. Dimana setiap anggota saling tuding ke penguasa partai berkuasa maupun yang pernah berkuasa sebelumnya dan dianggap sebagai orang yang dinilai pantas bertanggung jawab terhadap Bank Century. Bahkan permasalahan yang pernah terjadi sebelumnya seperti proses merger yang dinilai juga dengan banyak masalah.

Pansus Bank Century yang sangat lamban dalam mengungkap motif utama bailout Bank Century secara psikologis akan mempengaruhi pelaku pasar dalam membuat kebijakan. Apalagi kalau sampai menyeret para penguasa negeri ini. Momen penguatan di pasar finansial kita juga terancam hilang. Namun sejauh ini pasar finansial kita tetap menarik meskipun dibayangi kemelut politik. Semoga cepat berakhir.

No comments: