Friday, January 22, 2010

Langkah IHSG Kedepan Setelah 1500

Medan Bisnis, 6 April 2009
Pada perdagangan jum’at kemarin IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) kembali melanjutkan tren penguatannya dan ditutup menguat tipis 0.62 poin di level 1.500,361. Penguatan tersebut lebih rendah dari pencapaian IHSG selama sesi perdagangan jum’at yang sempat menyentuh kisaran level 1.509.

Pergerakan IHSG kembali tertekan oleh aksi profit taking dari para pelaku pasar akibat kenaikan pada perdagangan hari sebelumnya. Hal ini membuat IHSG hanya naik tipis, padahal ada banyak sentimen positif seperti penguatan Indeks Bursa Regional, wall street dan penurunan BI Rate. Pada perdagangan minggu kemarin kontribusi bagi kenaikan indeks didorong oleh kenaikan harga saham seperti saham PT. INCO, Indosat, Antam dan Perusahaan Gas Negara.

Dari seluruh saham yang ditransaksikan terdapat 69 saham naik, 82 saham turun dan 60 saham tidak berubah. Pada perdagangan akhir minggu kemarin tercatat volume perdagangan sebanyak 3,247 miliar unit saham, dengan nilai transaksi Rp. 3,411 Triliun dengan frekwensi transaksi sebanyak 86.991 kali.

Naiknya IHSG secara signifikan pada dasarnya secara psikologis membuat indeks bursa rentan akan koreksi. Meskipun dibanjiri oleh sentimen positif seperti penurunan BI rate, hasil rapat Negara yang tergabung dalam G-20, maupun pergerakan indeks bursa regional asia yang sejauh ini masih menunjukan tren kenaikan.

Selain itu, faktor yang sangat berpengaruh bagi terkoreksinya Indeks adalah minimnya data keuangan (makroekonomi global) yang akan dirilis minggu depan. Hal ini akan membuat Indeks akan bergerak terbatas dengan peluang koreksi yang cukup besar. Meski demikian sentimen penurunan suku bunga (BI rate) akan membuat beberapa harga saham naik di minggu depan.

Saham-saham yang sangat dipengaruhi oleh penurunan BI rate yakni saham di sektor perbankan serta saham semen. BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 0.25 basis poin menjadi 7.5% saat ini. Dengan tren penurunan suku bunga tersebut diharapkan perbankan dapat menurunkan suku bunga kredit sehingga akan mengurangi LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan serta kembali meningkatkan permintaan kredit dan memperbaiki kinerja perbankan.

Selain itu, dengan penurunan BI rate diharapkan proyek pembangunan property kembali bergairah. Dengan suku bunga pinjaman yang semakin kecil maka diharapkan pembangunan di sektor property akan membaik dan nantinya akan meningkatkan permintaan akan semen. Hal inilah yang menjadi alasan utama kenapa saham di sektor semen perlu untuk dicermati.

Hal lain yang perlu juga untuk dicermati adalah kenaikan indeks bursa Dow Jones yang kembali menembus level psikologis 8.000. Kondisi indeks bursa Dow Jones dan IHSG sebenarnya tidak jauh berbeda. Karena sama-sama baru menapaki level psikologis yang sama-sama dicapai pada perdagangan akhir minggu kemarin Tapi ada baiknya kita melihat tren kenaikan bursa Amerika tersebut. Kenapa? Meskipun tidak 100% akan membuat IHSG mengikuti tren kenaikan indeks bursa Dow Jones, namun Dow Jones selaku menjadi gerbong lokomotif paling depan bagi acuan pergerakan indeks bursa global.

Kenapa? Karena setidak-tidaknya pergerakan Dow Jones yang ke teritori positif menggambarkan persepsi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi Amerika yang saat ini tengah dilanda krisis. Dan tidak salah apabila kita menjadikan Dow Jones sebagai barometer perbaikan krisis ada di Amerika.

Mengawali perdagangan minggu ini, melihat dari sisi kenaikan IHSG yang cukup signifikan dan rentan koreksi, namun dibanjiri oleh sentimen positif. Maka IHSG sebenarnya memiliki peluang yang lebih besar untuk menguat, meskipun perlu selektif dalam memilih saham mana yang layak untuk di koleksi.

No comments: