Saturday, January 23, 2010

BUMI Bergoncang di Ranah Politik

Medan Bisnis, 13 Oktober 2009
Dalam beberapa hari terkahir ini, IHSG bergerak anomali. Yakni melemah meskipun bursa asia kebanyakan menguat. Pelemahan IHSG dipicu oeh turunnya saham emiten group bakrie ata biasa dikenal dengan The Seven Brothers. Ketujuh saham grup bakrie tersebut antara lain : BUMI (Bumi Resources), DEWA (Darma Henwa), TRUB (Truba Alam Manunggal), UNSP (Bakrie Sumatera Plantations), BTEL (Bakrie Telecom), BNBR (Bakrie And Brothers) dan ELTY (Bakrie Development).

Saham BUMI merupakan saham dengan kapitalisasi transaksi paling besar yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia. Dan BUMI menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan harga saham yang lain bahkan juga IHSG. Penurunan saham Bakrie minggu kemarin telah memicu saham yang lain ikut turun dan membuat IHSG ditutup turun.

Kenaikan harga komoditas energy dunia belum mampu mengangkat harga saham pertambangan, tatkala BUMI sedang di”goyang” dengan isu membengkaknya hutang emiten BUMI setelah masuknya investor dari China sebagai pemberi pinjaman. Alhasil, dari olah isu yang berkembang ternyata terkuak bahwa BUMI memiliki hutang dengan bunga yang tinggi (19%) dalam mata uang US$.

Isu fundamental tersebut menjadi pemicu ambruknya saham BUMI. Terpilihnya Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar juga tidak banyak menolong saham BUMI yang sedang terjun bebas. Banyak analis bahkan sekelas analis asing yang memperkirakan bahwa BUMI berpotensi turun mulai dari Rp. 2.350/lembar hingga Rp. 1.100/lembar dari harga sebelumnya dikisaran Rp. 3.000/lembar. Tak urung, itu membuat investor takut dan berbondong-bondong menjual saham BUMI.

IHSG ditutup minus karenanya. Padahal biasanya IHSG mampu mencetak gain yang lebih baik apabila indeks bursa Asia naik. Seolah-olah merupakan bentuk koreksi teknikal. IHSG yang telah naik kencang sebelumnya turut disinyalir sebagai pemicu melemahnya IHSG. Dan memang sangat wajar apabila itu yang menjadi alasannya. Koreksi tersebut merupakan sebuah reaksi, karena IHSG dinilai telah jenuh beli (overbought).

Yang menjadi permasalahannya adalah apabila saham BUMI terus terkoreksi seiring dengan isu fundamental yang negatif, sementara sentiment positif baru belum ada. Maka, ada kemungkinan BUMI akan terus turun. Namun, perlu dicermati, terpilihnya Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar berpotensi membuat Partai tersebut berkoalisi dengan Pemerintah.

Apa keuntungannya?. Bakrie yang dikenal dekat dengan Presiden RI saat ini SBY berpeluang kembali duduk dipemerintahan. Posisi strategis kemungkinan akan dimiliki oleh Abu Rizal Bakrie dan akan memberikan peluang naik bagi saham grup Bakrie. Itulah menjadi salah satu alasan utama kenapa investor masih berani mengkoleksi saham BUMI.

Terbukti meskipun sempat turun dalam perdagangan minggu kemarin, namun BUMI kembali menguat pada perdagangan jum’at akhir minggu kemarin. Meskipun penguatan tersebut belum mengembalikan kerugian saham BUMI. Terkesan bahwa BUMI di “goreng”, padahal dengan kapitalisasi pasar yang besar BUMI seharusnya sulit untuk di “goreng”.

Pergerakan saham BUMI minggu kemarin memang kental dengan aksi spekulasi yang berlebihan. Fundamental perusahaan yang sedang jelek didramatisir, sehingga muncul kepanikan yang berujung pada tekanan jual saham BUMI. Namun, begitu harga dinilai sudah rendah, BUMI pun menjadi primadona dan sahamnya naik meskipun IHSG justru ditutup minus (perdagangan jum’at minggu kemarin).

Momen yang digunakan juga sangat tepat, sebelum pemilihan Ketua Umum Golkar saham BUMI sudah mulai bergerak minus. Terlebih pada saat Suya Paloh dijagokan menjadi ketua umum Golkar dalam sebuah survey yang ditayangkan di salah satu stasiun TV. Saat ini, pemilihan tersebut telah usai. Ical begitu sapaan untuk Abu Rizal Bakrie terpilih untuk memimpin Partai Golkar. Dengan Fundamental Ekonomi RI yang solid saat ini, sudah semestinya semua saham memiliki kecenderungan untuk menguat.

No comments: